Mohon tunggu...
Diajeng Ncie
Diajeng Ncie Mohon Tunggu... -

saya hanya orang biasa... menulis dengan apa adanya dan menulis yang ringan2 saja...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Kecil Ucit, dan Ibu yang Tak Tau diri

24 September 2010   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:00 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Segumpal bahagia kurasakan hari ini.... Apapun alasan perpisahan..,selalu anak-anaklah yang menjadi korban.. Ku sadari itu.... Namun aku tak kuasa melawan takdir.  Aku tak sanggup untuk kembali merajut benang menjadi kain. Kurelakan anak-anak memilih untuk tinggal bersama ayahnya. Tak terasa waktu bergulir..., 4 tahun lebih kutinggalkan ke tiga anak-anakku. Hari ini aku datang..jauh-jauh untuk menengok anak-anakku. Perpisahan memang menyisakan luka dan duka. Khususnya bagi ke tiga anak-anakku. Namun takdir tak bisa ku elak. Maafkan mama nak...,mama belum bisa membahagiakan kalian. Dalam hatiku saat aku menginjakkan kaki di depan rumah anak-anakku. Kupandangi wajah si kecilku yang masih terlelap tidur saat aku datang.... Anakkku..... Kutatap wajahnya yang polos tak berdosa. Seketika air mataku menetes. "Maafkan mama Nak..," aku bergumam. Hari ini kau berulang tahun, namun aku sedih tak bisa membahagiakamu. Ku bangunkan perlahan, "Bangun sayang..,,ini mama datang..." kataku lirih. Perlahan matanya terbuka. Masih setengah sadar si kecilku memeluk sambil.., "Mamaaaaaa...,!" Suaranya masih serak memangilku penuh rindu. Kami berpelukan sangat erat. Seakan  tak mau berpisah. Telah lama aku tak menengok anakku. Naluri seorang ibu membuatku merasa berdosa....Amat berdosa.. Karena dengan ego ku kutinggalkan mereka. "Maafkan mama sayang...," sekali lagi ku ucapkan dengan sepenuh hati. Rasa rindu ingin mendekap membuatku tak lepas memeluknya erat... Ku belai rambutnya yang masih berantakan. "Mamaaaa,  ade ulang tahun sekarang.., mana kadonya mah..,!" Ucapnya. Deg.. Sedih rasanya aku tak membawa apa-apa. "Mama ngga punya uang sayang..." jawabku. " Yaaaaaaah...," si kecilku kecewa. Rasanya ingin menjerit.. Ya Allah..,mengapa Kau takdirkan jalan hidupku begini...! Bergegas ia bangun, mandi  dan kemudian berangkat ke sekolah. pergi dengan raut wajah kecewa. Tak lama setelah ia pergi, ku bongkar-bongkar dompetku. Ku berhitung.... "..,Masih ada sisa.," Gumamku. Kusisihkan untuk ongkos aku 'pulang'. Kuperintahkan anak-anakku yang lain untuk mempersiapkan sebuah pesta kecil yang sederhana. Satu anakku ku suruh membeli kue tart kecil..,anakku yang lain membeli balon..,sedikit untuk menambah meriah ruangan. Dengan sedikit persiapan, selesailah sudah  tinggal menunggu si kecilku pulang. Tak lama....., " Bukaaaaaaa.....,bukaaaaaa...!! si kecilku menggedor-gedor pintu yang terkunci. Terjadi kehebohan sedikit di dalam. Setelah semuanya siap...., Tarrraaaaa...!!!! Aku keluar dengan kue berlilin angka 9. Seketika raut wajah anakku berubah.. "Slamat ulang tahun ya De...,," ku memberi selamat. Ku tahan air mataku agar tak jatuh. Dengan girangnya ia memotong kue dan dipersembahkannya kue pertama untukku. Trimakasih sayang.... Walau mama tak pernah bisa selalu mendampingimu, namun mama selalu berdoa untukmu ... Tetaplah tegar ya Nak..., Semoga kau jadi anak yang sholeh dan berbakti tak melupakan ibumu. Dalam hati aku menangis....,

..Ku pasrahkan dan titipkan anak-anaku padaMu Ya  Allah..,

Karna ku tahu Kau  tak pernah tidur.....

Trimakasih 'suamiku' ...,yang telah dengan sabar mencurahkan segala perhatian dan membimbing anak-anak kita di sela waktu-waktu sibukmu. Ku titipkan anak-anak padamu....,, Maafkan aku.., 'istri' dan ibu yang tak tahu diri.... Ku rela 'di gantung'.. Semoga anak-anak tetap bahagia bersamamu.. Mama pulang ya Nak......, [caption id="attachment_268150" align="aligncenter" width="500" caption="si kecilku bahagia..."][/caption] Kutulis ini sebagai hadiah ulang tahun untuk si kecilku.

Sebuah hadiah yang tak seberapa.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun