Mohon tunggu...
Nazwatul Fathi Umul
Nazwatul Fathi Umul Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

I am a 7th Semester of International Relations student at Singaperbangsa University in Karawang.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Selayang Pandang: Masjid Sunan Ampel dan Peran Ulama Penerusnya

23 Desember 2024   18:47 Diperbarui: 23 Desember 2024   18:47 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Makam Sunan Ampel

Sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia dan masjid tertua di Jawa Timur. Masjid Sunan Ampel menjadi tempat yang sangat dihormati lantaran sakralnya tempat ini sebagai saksi bisu berkembangnya Islam di tanah jawa. Tidak hanya sampai disitu, berbagai keistimewaan tempat ini membuat masyarakat percaya bahwa tempat ini merupakan tempat mustajab doa.   Bukti bahwa tempat ini begitu dihormati adalah adanya sumur yang dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi. Selain berdoa, minum air sumur di komplek Masjid ini juga bagian dari tradisi dan spiritual. Dibalik keagungan dan keistimewaan tempat ini terdapat kisah para tokoh besar, seperti Sunan Ampel sampai Ki Hasan Gipo. Mereka adalah para tokoh krusial yang berperan penting dalam penyebaran islam pada masa itu.

Masjid Sunan Ampel terletak di Surabaya, tepatnya di Jl. Ampel Masjid, Semampir. Masjid yang didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel memiliki arsitektur yang khas. Penggunaan kayu sebagai atap joglo memperkuat nuansa Jawa. Saat ini, Masjid Sunan Ampel tidak hanya menjadi tempat peribadahan umat Islam, namun juga destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi. Sebagian pengunjung yang datang tidak hanya ziaroh, namun juga mengunjungi wisata religi disekitarnya sebagai tempat menambah wawasan.
Masjid Sunan Ampel didirikan oleh Raden Rahmat, salah satu anggota wali songo yang menyebarkan agama islam di Jawa Timur. R. Rahmat menggunakan tempat ini sebagai pusat kegiatan dakwah dan pendidikan (pesantren). R. Rahmat menggunakan pendekatan budaya dalam dakwahnya. Penyebaran agama Islam pada masa R.Rahmat bertepatan dengan masa peralihan Hindu-Buddha. Hal ini menjadi tantangan yang cukup serius, pasalnya banyak kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Raden Rahmat atau yang banyak dikenal sebagai Sunan Ampel menyikapi hal tersebut dengan ajarannya "Moh Limo", yakni moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon. Ajaran ini memberikan banyak pengaruh, bahkan hingga beliau wafat pada 1481.

Setelah wafatnya Raden Rahmat tidak berarti dakwah dan kelestarian masjid berhenti begitu saja. Selanjutnya, masjid dan dakwah Raden Rahmat dilanjutkan oleh  para ulama'. Salah satu yang cukup terkenal karena dedikasinya adalah Mbah Sholeh. Beliau merupakan ulama' sekaligus penjaga masjid. Kisahnya tidak banyak terabadikan dalam tulisan, namun menurut cerita lisan Mbah Sholeh terkenal sebagai seseorang yang taat beragama dan rendah hati. Salah satu karomah yang banyak diketahui masyarakat adalah do'a nya pada saat situasi genting padamnya lampu di masjid Sunan Ampel. Dalam kisahnya setelah beliau berdoa lampu-lampu tersebut kembali menyala tanpa bantuan manusia. Mbah Sholeh juga diketahui menggali makamnya sendiri yang ia yakini sebagai bagian ibadahnya kepada Allah.
Selain Mbah Sholeh, penerus dakwah Sunan Ampel adalah Mbah Hasan Gipo. Seorang ketua tanfidziyah pertama diorganisasi Nahdlatul Ulama'. K.H Hasan Gipo adalah ulama' berkelahiran Surabaya, tepatnya di kecamatan Sawahan pada tahun 1869. K.H Hasan Gipo berkiprah di organisasi NU sebagai media dakwahnya. Bersama K.H Hasyim Asy'ari sebagai rois akbar dan K.H Wahab Hasbullah sebagai katib 'aam dengan masa kepemimpinan hingga tahun 1934. Dakwahnya tidak hanya sampai pada organisasi Nahdlatul Ulama' namun juga pada kedermawanannya dengan membiayai dan memefasilitasi pertemuan ulama' pada masanya. Mbah Hasan Gipo dimakamkan di komplek yang sama dengan Sunan Ampel dan Mbah Sholeh, yakni di Komplek Pemakaman Masjid Ampel pada tahun 1934.

Gambar 2. Makam Ketua PBNU Pertama
Gambar 2. Makam Ketua PBNU Pertama

Dari perjalanan luhur Raden Rahmat hingga sampai pada Mbah Sholeh dan Mbah Hasan Gipo tidak menghilangkan jejak spiritual hingga saat ini. Masjid Sunan Ampel tidak hanya sebagai tempat beribadah namun juga saksi bisu perjalanan islam di Nusantara. Tempat yang tidak hanya memberikan ketenangan bagi pengunjung, namun juga memberi peringatan akan pentingnya tradisi dan nilai yang diwariskan oleh para pendahulu. Semoga dengan adanya selayang pandang ini dapat menginspirasi generasi untuk merajut masa depan tanpa melupakan nilai dan tradisi di masa lampau.

Profile Penulis
Nama: Salsabila Aqila Risfiana
Prodi: Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Universitas: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun