Mohon tunggu...
Nazwa Tiara Syifa
Nazwa Tiara Syifa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Haii, kenalin! Nama saya Nazwa Tiara Syifa. Saya merupakan seorang Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hobi Saya membaca novel, olahraga, dan mengeksplorasi hal yang berkaitan dengan dunia masak

Selanjutnya

Tutup

Politik

Radikalisasi dalam Sistem Kepartaian: Siapa yang Diuntungkan?

15 Januari 2025   09:44 Diperbarui: 15 Januari 2025   11:50 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Radikalisasi dalam sistem kepartaian menjadi fenomena yang memprihatinkan di tengah dinamika politik sekarang. Proses ini ditandai dengan munculnya kelompok internal yang memperjuangkan agenda ekstrem atau ideologi tertentu, sering kali mengesampingkan prinsip demokrasi yang menjadi fondasi sebuah partai politik.

Pada sistem kepartaian, kelompok radikal sering kali menggunakan narasi populis untuk menarik perhatian dan dukungan. Mereka memanfaatkan isu-isu sensitif untuk memperkuat pengaruhnya di internal partai. Dengan tujuan menguasai struktur partai untuk mendorong agenda politik tertentu yang sering kali bertentangan dengan kepentingan publik yang lebih luas. Dengan strategi ini, kelompok radikal memperoleh kekuasaan dan legitimasi untuk mendorong ideologi mereka.

Jadi, Siapakah yang sebenarnya diuntungkan oleh radikalisasi ini?

Dari beberapa kasus, kelompok radikalisasi ini sering kali memanfaatkan celah dalam sistem kepartaian untuk memperoleh keuntungan yang strategis, seperti menguasai struktur partai atau mendorong agenda politik tertentu dan cenderung memanfaatkan narasi emosional untuk menarik dukungan, baik dari internal partai maupun dari eksternal atau masyarakat luas.

Namun, dampak radikalisasi ini tidak hanya dirasakan oleh partai itu sendiri, tetapi juga oleh sistem demokrasi secara keseluruhan. Ketika partai menjadi terpecah oleh kelompok radikal, perpecahan di dalam partai dapat melemahkan sistem demokrasi secara keseluruhan. Proses pengambilan keputusan menjadi terhambat, dan fungsi partai sebagai pilar utama demokrasi terancam.

Radikalisasi bukan hanya ancaman bagi partai, tetapi juga bagi masa depan demokrasi. Maka, siapa yang diuntungkan? Bukan rakyat, melainkan yang membuat kekacauan demi kepentingan pribadi.

Untuk mencegah radikalisasi, partai politik harus memperkuat mekanisme internal dan membuka ruang dialog yang inklusif. Pemerintah juga melakukan sebuah program untuk menanggulangi radikalisme yang disebut dengan Deredikalisasi. Deredikalisasi merupakan upaya untuk menetralisir paham radikal bagi mereka yang terlibat teroris serta anggota masyarakat yang telah terekspose paham-paham radikal teroris. Pendidikan politik bagi masyarakat menjadi kunci untuk menangkal ideologi ekstrem yang dapat merusak stabilitas politik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun