Sumatra adalah jalur perdagangan yang sibuk, bahkan mungkin sejak ratusan tahun sebelu masehi. Nah kalau Jawa sendiri saya sih tidak terlalu paham. Barangkali karena tanahnya yang subur (akibat banyak gunung berapi aktif) dan mata air dan sungai. Tanah subur itu membuat hasil bumi melimpah. Sehingga banyak hasil bumi seperti makanan pokok bisa dijual. Hasil bumi yang melimpah ini juga mempunyai konsekuensi lain. Yaitu banyaknya penduduk yang bisa di support oleh Kerajaan-kerajaan di Jawa. Dan memang banyaknya orang inilah yang dari dulu menjadi kekuatan utama Jawa.
Kemungkinan ada beberapa, salah satunya adalah bahan konstruksi dari bangunan yang digunakan di masa lalu. Di Nusantara, kayu melimpah ruah dan kayu menjadi bahan bangunan yang murah. Sayangnya kayu sama sekali tidak bisa bertahan lama di iklim tropis. Karena itulah kita hanya menemukan beberapa tulisan dan ukiran yang dituliskan di batu sebagai penanda wilayah atau peristiwa penting.Kedua, ada penelitian yang menyatakan pernah terjadi letusan krakatoa di sekitar abad ke 3 dan 4 Masehi. Dan barangkali letusan ini lebih besar dari di tahun 1800an. Di tahun segitu saja, korbannya sampai puluhan ribu (bahkan mungkin ratusan) karena tsunami yang cukup besar setelah letusan gunung. Bayangkan saja efek yang terjadi di masa kuno. Dimana komunikasi antar wilayah ya ndak ada. Belum lagi mungkin waktu itu kerajaan yang ada terfragmentasi kecil-kecil.
Dituliskan di buku-buku sejarah Indonesia, biasanya Kutai disebutkan sebagai kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan itu berdiri pada 4M di Kalimantan Timur. Namun makin kesini, beberapa situs sejarah ditemukan di Sumatera dan Jawa mengindikasikan ada kerajaan yang jauh lebih tua dari Kutai.
Terdapat beberapa faktor yg dapat menyebutkan mengapa bekas kerajaan pada Sumatera dan Jawa sporadis ditemukan dalam naskah India dan China:
Kehancuran dan Kerusakan: Seiring berjalannya ketika, banyak naskah antik yg hilang atau rusak karena banyak sekali faktor seperti perang, bencana alam, serta keruntuhan kerajaan itu sendiri. Kehancuran ini bisa mengakibatkan hilangnya poly catatan sejarah yang berharga.
Sifat Material Naskah: Naskah-naskah kuno yang dirancang asal bahan organik, mirip kulit binatang atau daun lontar, rentan terhadap kerusakan dan pelapukan seiring berjalannya saat. Kelembaban, serangga, serta cuaca juga dapat merusak naskah-naskah tersebut. sang karena itu, sulit buat menemukan naskah antik yang masih utuh serta pada kondisi baik.
Kurangnya Ketersediaan sumber: Naskah-naskah India dan China yang menyebutkan perihal kerajaan-kerajaan pada Sumatera serta Jawa mungkin tidak seluruh telah ditemukan atau belum terungkap. ada kemungkinan bahwa masih terdapat banyak asal sejarah yg belum ditemukan atau dieksplorasi secara menyeluruh.
Perubahan Budaya dan Bahasa: ada perubahan budaya serta bahasa berasal masa ke masa di wilayah Indonesia. Beberapa kerajaan mungkin telah memakai bahasa serta sistem penulisan yang berbeda asal naskah India dan China. Hal ini dapat menyebabkan catatan sejarah yang mungkin ada tidak sinkron menggunakan sistem penulisan yg terdokumentasi dalam naskah-naskah tadi.
Meskipun jarang ditemukan dalam naskah India dan China, penelitian sejarah terus dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber, termasuk arkeologi, epigrafi, serta asal-sumber lokal lainnya, buat tahu serta merekonstruksi sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatera dan Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H