Di era digital yang serba cepat ini, apakah seni tradisonal masih relevan ? Akankah seni tradisional dilupakan atau bertransformasi menjadi sesuatu yang baru di dunia maya?
Di tengah gempuran konten digital yang serba instan, seni tradisional terkadang tampak ketinggalan zaman. kecepatan dan kemudahan akses informasi di dunia maya menimbulkan pertanyaan tentang relevansi seni tradisional yang sering kali membutuhkan waktu dan proses yang panjang untuk dipelajari dan diapresiasi.
seni tradisional memiliki peluang besar untuk berkembang dan bertransformasi melalui dunia maya ; salah satunya adalah aksebilitas dan jangkauan global. Dunia maya menghilangkan batasan geografis. Seni tradisional yang biasanya hanya dapat dinikmati di lokasi tertentu kini dapat diakses oleh orang di seluruh dunia.
selain itu, kolaborasi antarseniman dari berbagai budaya dapat menghasilkan karya seni yang unik dan inovatif, memperkaya pengalaman seni tradisional dan mempromosikan saling pengertian antarbudaya. Dengan demikian, transformasi maya tidak hanya membuka peluang baru bagi seni tradisional, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan dan keberlanjutan budaya.
beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk melestarikan dan mempromosikan seni tradisional antara lain VR dan AR. Â VR (Virtual Reality) adalah teknologi yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan lingkungan simulasi buatan komputer. Dengan VR kita dapat merasakan sensasi berada di puncak gunung, menjelajahi dasar laut, atau bahkan mengunjungi planet lain, tanpa harus meninggalkan ruangan.
selanjutnya ada AR (Augmeted Reality). jika VR (Virtual Reality) membawa kita ke dunia yang sepenuhnya maya, AR justru sebaliknya. AR adalah teknologu yang menambahkan elemen digital ke dunia nyata yang kita lihat. contohnya menampilkan informasi tentang seni tradisional di museum atau lokasi bersejarah melalui telepon pintar atau tablet.
bayangkan sebuah gim edukasi yang mengajarkan anak-anak tentang seni tradisional indonesia. Gim tersebut dapat menampilkan karakter dari wayang kulit, tari tradisional, atau alat musik tradisional. Â Anak- anak dapat bermain gim tersebut sambil belajar tentang budaya indonesia dan mengapresiasi seni tradisional. Dengan cara ini, seni tradisional dapat diperkenalkan secara menarik dan interaktif bagi generasi muda.
Meskipun transformasi maya membawa banyak peluang bagi seni tradisional, namun juga menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Antara lain, hilangnya sentuhan fisik, komersialisasi dan penyalahgunaan, serta kekhawatiran akan keaslian dan integritas karya seni. Tantanga  ini jelas membutuhkan solusi kreatif dan kolaboratif dari seniman, kurator, dan teknolog untuk memastikan bahwa transformasi maya tidak hanya memperluas akses ke seni tradisional, tetapi juga menjaga nilai, makna, dan integritasnya.
Pemerintah berperan dengan membuat regulasi dan perlindungan. Pemerintah dapat membuat regulasi yang jelas tentang hak cipta dan penggunaan karya seni tradisional maya untuk melindungi seniman dan warisan budaya, serta membuat aturan untuk mencegah penyalahgunaan dan eksploitasi seni tradisional di dunia maya.
Nazwa Syarifatusalma, Mahasiswa Prodi Manajemen di Universitas PamulangÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H