Malang Raya (IGAMA) di Sawojajar. Untuk pemahaman dasar mengenai yayasan IGAMA (Ikatan Gay Malang) ini merupakan sebuah yayasan yang berperan untuk melakukan peningkatan kapasitas kelompok dampingan melalui berbagai kegiatan pendampingan, pelatihan dan stimulan, menyediakan pelayanan kesehatan kepada kelompok dampingan, membangun jaringan dengan berbagai mitra atau stakeholder dalam rangka pemberdayaan atau memperkuat kelompok dampingan, dan meningkatkan partisipasi kelompok dampingan dan stakeholder dalam memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Sore sehabis rintik hujan di pinggir kota Malang menjadi destinasi utama penulis. Di hari yang mendung saya mengunjungi kantor utama Ikatan GayApabila dilihat kembali pula, menurut Portal kota Malang jumlah HIV/AIDS di kota malang sejumlah 329 jiwa pada tahun 2021, tahun 2022 sebanyak 482 ODHIV dan tahun 2023 sampai dengan bulan Oktober 2023 sebanyak 460 ODHIV. Dengan sejumlah data ini pula dapat dilanjutkan bahwa penting sekali penanganan terkait HIV/AIDS ini.
HIV/AIDS dan Tema-teman Penyintas
Posisi IGAMA yang apabila dilihat dari lingkup umum masyarakat Indonesia dengan mayoritas hidup dengan prinsip agama akan memandang bahwa kehadiran mereka cukup kontroversial. Kata “Menyimpang” hadir dari banyak sekali golongan masyarakat bahwa perilaku homoseksual merupakan hal yang tidak biasa di lihat.
Berbagai macam stigma lahir seperti mereka sebagai penyebar utama virus HIV/AIDS, Berdasarkan data dari dinas kesehatan yang dikutip oleh Detik.com penyumpang HIV/AIDS benar adanya oleh kelompok LSL (Lelaki Seks Lelaki) dan Biseksual. Hal ini yang kemudian mendorong IGAMA sebagai sebuah yayasan untuk mencoba hadir dalam masyarakat malang dengan melakukan sosialisasi, screening, hingga pendampingan bagi penyandang.
Komunitas IGAMA hadir sebagai komunitas yang aktif dalam pemenuhan hak atas LSL (Laki Seks dengan Lelaki) atau Gay di bidang kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, dll. “Concern kita saat ini ada di 2 isu itu, selain itu juga ada di bidang seni, olahraga dan juga kepemudaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka HIV/AIDS di Malang Raya.” Terang Heru selaku Pembina & Pengawas; Koordinator Divisi Advokasi Hukum & HAM; Bendahara; Sekretaris IGAMA.
Bimbingan dan Pengendalian
Heru sendiri menyebutkan bagaimana proses mereka bisa memberikan serta menyebarkan mengenai proses pendampingan ini melalui radar. Karena biasanya mereka bisa tau orang-orang mana yang dapat dikatakan sebagai populasi kunci untuk diberikan KIE ini. Dengan begini diharapkan proses pendampingan dan pengendalian HIV/AIDS bisa tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan.
IGAMA tidak hanya memberikan sosialisasi HIV, tapi juga mengontrol ODHIV (Orang dengan HIV/AIDS, red) melalui KDS (Kelompok Dukungan Sebaya). Namun sekarang fokus mereka bukan lagi KDS, tetapi di KDS Netral.
Heru membawa saya ke KDS Netral Plus Malang untuk bertemu dengan Imam, Zee, dan Ve. Imam menjelaskan peran KDS dalam mendampingi ODHIV dan keluarganya, memastikan pengobatan tepat sasaran. KDS juga fokus pada dukungan psikososial. KDS membantu meningkatkan pengetahuan HIV, pencegahan, dan akses layanan HIV. Menurut Kebijakan AIDS Indonesia, di daerah yang memiliki KDS, kualitas hidup ODHIV lebih baik.
Sementara itu kendala yang dialami oleh IGAMA pada controlling, fokus mereka tidak bisa terjamin selama 24 jam. Karena tidak bisa dilihat tiap bulan datang ke layanan atau tidak. Selain karena kunjungan yang banyak dari satu puskesmas saja, belum termasuk dari di puskesmas lain. Sedangkan petugas yang tersedia juga terbatas, terutama wilayah kabupaten.