Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat, dan agama. Hal itu yang membuat negara Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan bersatu seperti semboyan nya "Bhineka Tunggal Ika"Â yang artinya Berbeda beda Tetap Satu Jua. Berbicara tentang keragaman adat istiadat yang ada di Indonesia, kali ini mari kita bahas keunikan dan karakteristik masyarakat suku Nias.
Nias merupakan pulau yang terteletak di sebelah barat pulau Sumatra, memiliki luas wilayah 5.625km dengan jumlah penduduk 700.000 jiwa dan mayoritas penduduknya beragama Kristen Protestan. Pulau ini masih memiliki kebudayaan megalitik loh, pulau Nias dikenal dengan keragaman adat istiadat masyarakat nya, salah satu nya pasti kita sudah tidak asing dengan ke khasan adat istiadat lompat batu nya.Â
Ciri khas orang Nias secara dominan dengan mudah dapat diidetifikasi yakni, berambut hitam, memiliki entuk muka yang oval, berkulit putih, dan memiliki postur badan dengan tinggi yang sedang. Bentuk fisik ini merukan kekhasan dari kawasan Nias Utara, Nias Tengah, dan kota Gunungsitoli. Berbeda lagi dengan Ciri fisik masyarakat Nias Selatan terutama pada wilayah Teluk Dalam yang memiliki wajah lonjong, rahang keras, dan memiliki postur tubuh yang tinggi. Mereka juga miliki kulit yang putih seperti orang china namun tidak bermata sipit.
Kebudaan Nias yang sangat beragam menjadi keunikan daerah itu sendiri seperti contoh nya kebudayaan Lompat Batu (Fahombo, Hombo Batu). Dalam sejarah nya seorang lelakai yang sudah dewasa dan akan menjadi seorang prajurit dan akan menuju jenjang pernikahan harus sudah mampu melompati batu setinggi lebih dari 2 meter.Â
Anak lelaki yang berusia 10 tahun di pulau Nias sudah bersiap untu melakukan fahombo. Fahombo menjadi ritual yang sangat serius dalam adat istiadat masyarakat suku Nias, tradisi melompati batu untuk anak lelaki suku Nias dengan menggunakan busana pejuang nias merupakan status bahwa anak lelaki tersebut sudah dewasa dan memikul tanggung jawab seorang lelaki. Dalam tradisi lompat batu ini harus memiliki teknik  saat posisi pendratan agar tidak menyebabkan cedera otot.
Nias juga memiliki adat istiadat dalm tradisi pernikahannya (FAME ONO NIHALO). Dalam tradisi perkawinan adat Nias ada beberapa syarat yang harus dilakukan, syarat tersebut adalah emas kawin atau disebut "bowo" pihak lelaki harus membayar atau melunasi emas kawin tersebut kepada pihak perempuan.Â
Adapun syarat lain yaitu menikahi sesama marga "mado" kecuali jika ikatan leluhurnya telah mencapai angakatan Nias. Dalam tradisi pernikahannya ada beberapa tahapannya, yaitu meminang perempuan atau mamebola pihak perempuan harus membalas pemberian lelaki berupa memberikan jantung, rahang, hati dan daging babi yang dimasak dengan direbus, lalu ada upacara famuli mbola yaitu pengembalian tempat daging babi.Â
Selanjutnya menentukan hari pernikahan setelah itu hari pernikahan ditentukan yang disebut fangato bongi. Melaksanakan upacara pernikahan yang di sebut fangowalu pada upacara ini akan ada banyak babi yang disembelih dan akan disajikan kepada para tamu undangan. Semakin banyak babi yang disembelih menandakan pihak yang mengadakan acara pernikahan merupakan orang yang mampu dan kaya atau disebut Niha suso. Dan ada juga famuli mukhe yaitu mengunjungi orang tua pihak perempuan dengan buah tangan berupa daging babi.
Masyarakat suku Nias juga memiliki marga seperti contohnya, Waruwu, Halawa, Nduru, Gea, Zalukhu, Zega, Zendrato, Lase, Laoli, dan masih banyak marga marga lainnya. Pulau Nias juga memiliki keindahan alam yang beragam dan destinasi wisata yang menarik seperti Pantai Tureloto, Pulau Wangu Laguna, Pantai Toyolaya, Pantai Gawu Soyo, Pulau Asu, dan masih banyak lagi destinasi wisata yang menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H