Mohon tunggu...
Nazwa MaghviraNasution
Nazwa MaghviraNasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAB IPB University’58

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor - 58

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aroma Nasionalisme Kian Hanyut, Anak Bangsa Tak Lagi Paham Makna Nasionalisme

15 Juli 2021   23:40 Diperbarui: 15 Juli 2021   23:42 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kedudukan generasi muda secara alami akan menjadi pemegang kekuasaan jalannya kemasyarakatan dan kenegaraan bangsa ini di masa yang akan datang. Di era Indonesia modern yang ditandai dengan derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal kesadaran berbangsa dan bernegara. Derasnya gempuran kebudayaan asing yang terfasilitasi dengan media dan teknologi internet dapat secara bebas leluasa hadir di tengah-tengah masyarakat kita dan berpotensi mendominasi serta mempengaruhi kebudayaan lokal.

Nasionalisme secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan sebagainya. Nasionalisme terancam retak oleh krisis-krisis yang menyeruak seperti krisis moneter, moral, sosial, politik dan, kebangsaan. Pada saat ini nasionalisme seakan-akan tenggelam dan sedang menghadapi tantangan besar yaitu globalisasi. Seperti yang kita ketahui, masyarakat bahkan generasi muda di Indonesia seringkali berbicara mengenai nilai-nilai nasionalisme. Tapi pada nyatanya, apakah benar bahwa masyarakat di Indonesia terkhususnya generasi muda sudah paham betul apa makna dari nasionalisme tersebut?

Selama pandemi Covid-19 diperlukan tindakan seperti semangat pantang menyerah, semangat pengorbanan, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Saling memahami untuk tolong-menolong dan menanggung beban kesulitan orang-orang disekitar diharapkan selalu muncul dalam situasi pandemi Covid-19. Sedangkan yang terjadi malah sebaliknya. Pandemi Covid-19 dijadikan ajang untuk saling menyalahkan, saling menjatuhkan bahkan banyak pihak-pihak yang menyalahgunakan hal ini demi kepentingan pribadi serta hilangnya rasa tanggung jawab masyarakat kepada sesama.

Perjuangan untuk melawan pandemi Covid-19 di Tanah Air masih panjang. Bahkan sampai saat ini grafik penyebaran Covid-19 masih belum menunjukan tanda-tanda akan melandai. Namun, era new normal atau tatanan kehidupan baru masyarakat sudah dimulai setelah masa pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilonggarkan. Dengan terjadinya hal ini, maka penggunaan teknologi semakin besar dan menjadi kebutuhan. Kita juga tetap bisa melakukan berbagai kegiatan ditengah pandemi Covid-19 secara online.

Dengan telah adanya transformasi digital dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat, banyak diantara kita yang melaksanakan kerja dari rumah (work from home), untuk mahasiswa dan pelajar belajar di rumah (study at home) lalu banyak pula yang melakukan transaksi belanja secara online. Namun, dibalik keuntungan yang didapat dari kemajuan teknologi, ada kekhawatiran akan dampak negatifnya, yaitu kekhawatiran bagi generasi muda yang saat ini dekat dengan teknologi akan mengikis nilai-nilai nasionalisme.

Nah, sebagai generasi muda dan millenial, kita harus bisa mengedepankan nilai-nilai nasionalisme karena prilaku dan pola pikir generasi muda sangat berpengaruh terhadap kemajuan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengedepankan cara berpikir yang benar dengan menerapkan ideologi Pancasila sebagai pegangan. Meski saat ini internet yang merupakan bagian dari teknologi yang sangat penting dan dibutuhkan, namun masyarakat Indonesia khususnya generasi muda harus meyakini nilai-nilai yang telah ditanamkan pejuang bangsa. Boleh saja kita menggunakan teknologi dan juga mengakses internet kapan saja serta dimana saja. Namun, kita juga harus memiliki batasan agar dalam penggunaannya kita tidak menghilangkan nilai-nilai nasionalisme.

Selain itu, menurunnya nilai-nilai nasionalisme juga terjadi pada aspek ekonomi. Dimana masyarakat Indonesia terkhususnya generasi muda lebih senang membeli barang ber-merk dari luar negeri daripada membeli produk-produk lokal. Masyarakat Indonesia juga gemar berprilaku konsumtif, seperti berbelanja online dari berbagai e-commerce. Dampak dari hal ini adalah terhapusnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena generasi muda menganggap bahwa dengan memakai brand atau produk dari luar negeri mereka akan terlihat lebih trendy, modis dan juga keren.

Dalam bidang sosial budaya, dengan adanya globalisasi, maka semakin mudah budaya-budaya dari barat masuk ke Indonesia. Baik dari internet, media televisi, dan media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat Indonesia. Hal ini mengakibatkan semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan westernisasi sehingga semakin lunturnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan sosial. Era globalisasi ditandai beberapa hal, antara lain kemajuan IPTEK, semakin besar materialisme, kompetisi global dan bebas.
 
Untuk meningkatkan nilai-nilai nasionalisme, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk memotivasi diri generasi muda. Bangsa Indonesia harus mengubah pola pikir subjektif agar menjadi pribadi terbuka, menerima perbedaan, toleransi dan dapat berbaur serta bersosialisasi dalam lingkungannya. Berikut ini cara-cara mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme:
1. Meningkatkan rasa nasionalsme, seperti mencintai produk dalam negeri
2. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan baik
3. Menegakkan hukum secara adil
4. Dapat menyaring pengaruh globalisasi di berbagai bidang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun