Oleh: Siti Nazwa Kamiliya Rahmah
Mahasiswa Semester 5 Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Kelas MPI E
Pengembangan kurikulum di sekolah islam terpadu (SIT) merupakan langkah strategis dalam mencetak generasi yang unggul, baik dalam aspek akademik maupun akhlak. Menurut teori Saylor, Alexander dan Lewis, implementasi kurikulum adalah tahap penting setelah perencanaan, di mana visi dan tujuan pendidikan dituangkan dalam pembelajaran. Model ini memberikan kerangka yang sistematis untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan praktik pembelajaran modern di SIT.
- Perencanaan yang Kontekstual
Terdapat langkah awal implementasi kurikulum,yaitumemastikan relevansi kurikulum dengan kebutuhan peserta didik, sekolah dan masyarakat. Di SIT, kurikulum tidak hanya mencakup pelajaran umum seperti matematika dan sains, tetapi juga memadukan pelajaran agama seperti tafsir, hadist, dan fiqih. Beberapa langkah konkret yang menjadi tubuh dari perencanaan ini adalah: Memahami tujuan pendidikan, kurikulum di SIT dirancang untuk membangun insan yang beriman, berilmu, berakhlak mulia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan mencakup penguasaan ilmu pengetahuan sekaligus pengamalan nilai-nilai Islam. Penyesuaian konten pembelajaran, materi pelajaran umum disusun agar selaras dengan nilai Islam. Sebagai contoh, pembelajara sains dapat dimulai dengan pembacaan ayat-ayat AL-Qur'an yang relevan, sehingga menanamkan keimanan di setiap aktivitas belajar.
- Pelaksanaan Pembelajaran yang Integratif
Dalam implementasi, SIT menerapkan pendekatan pembelajaran yang holistic, mengintegrasikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendekatan tematik-Islami: Saylor dkk, menekankan pendekatan interdisipliner. Di SIT, hal ini diterapkan dengan mengaitkan materi umum dan agama. Misalnya, tema "Kepedulian Lingkungan" tidak hanya diajarkan melalui pelajaran IPA tetapi juga melalui fiqih tentang kebersihan.
Metode pembelajaran aktif yang dilaksanakan oleh pendidik diharapkan menggunakan metode variative, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan simulasi. Hal ini mendukung pembentukan keterampilan abad ke-21 ssperti berpikir kritis dan bekerja sama.
Sarana prasarana mengambil peran dalam keberhasilan implementasi kurikulum kedalam pembelajaran modern. Hal ini ditujukan agar proses pengembangan kurikulum menjadi efektif. Dimulai dengan pelatihan guru sebagai peran kunci implementasi kurikulum. Guru SIT harus memahami filosofi kurikulum Islami sekaligus mampu mengelola pembelajaran modern. Pelatihan rutin diperlukan untuk memperkuat kompetensi mereka. SIT harus menyediakan sumber daya seperti laboratorium, perpustakaan, dan ruang kelas yang mendukung penerapan kurikulum tematik Islami.
Implementasi kurikulum menjadi langkah signikan dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum. Dengan mengambil teori Saylor sebagai kerangkanya, efektifitas dari pengimplementasian dapat dicapai. Saylor dkk menekankan sistematisasi proses, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Pengintegrasian nilai-nilai keislaman dalam setiap tahapnya, SIT tidak hanya menghasilkan peserta didik yang cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki karakkter soerang muslim yang baik. Langkah ini menjadi upaya strategis untuk menciptakan generasi unggul yang mempu menghadapi tantangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada ajaran islam.
*Tulisan ini disarikan dari Bahan Ajar Mata Kuliah Sekolah Islam Terpadu (SIT) Part 5: Pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu (SIT), Dosen Pengampu: Prof. Dr.H.A.Rusdiana, M.M
Siti Nazwa Kamiliya R; Lahir di Bandung, tanggal 07 Oktober 2004, merupakan anak ke-enam pasangan Bapak Ilyas Surahmansyah, dengan Ibu Siti Imas Masitoh. Alamat Tempat Tinggal Kp. Bunisari RT 001 RW 013 Kec. Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat,Indonesia, 40911, HP: 085871062993, E-Mail : snazwakamiliyar@gmail.com