4. Gangguan Pencernaan
Kortisol dapat memengaruhi fungsi saluran pencernaan dan menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan penyerapan nutrisi dan perubahan nafsu makan. Stres kronis juga dapat menyebabkan kondisi seperti sindrom iritasi usus dan peradangan pada saluran pencernaan.
5. Gangguan Kesehatan Mental dan Emosional
Selain efek fisiologisnya, kortisol juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional. Tingkat kortisol yang tinggi banyak dikaitkan dengan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati. Stres yang berkepanjangan juga dapat mengganggu pola pikir kita, menyebabkan sulit berkonsentrasi, kelelahan mental, dan kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya kita nikmati.
Menyeimbangkan Tingkat Kortisol dengan Mengelola Stres
Mengelola stres adalah kunci untuk menjaga tingkat kortisol tetap seimbang dalam tubuh. Terdapat beberapa teknik yang dapat membantu mengurangi stres dan menurunkan tingkat kortisol. Beberapa di antaranya adalah olahraga teratur, meditasi, latihan pernapasan, tidur yang cukup, mendukung hubungan sosial yang sehat, dan mengelola waktu dengan baik. Menghindari kebiasaan merokok, alkohol, dan konsumsi kafein yang berlebihan juga dapat membantu menjaga tingkat kortisol dalam tubuh.
Kesimpulannya, kortisol adalah hormon penting yang terlibat dalam respons stres tubuh kita. Tingkat kortisol yang tinggi akibat stres kronis dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengelola stres dengan baik dan mengadopsi gaya hidup yang sehat untuk menjaga tingkat kortisol dalam kisaran yang seimbang. Dengan cara ini, kita dapat mempertahankan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko komplikasi yang disebabkan oleh stres kronis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H