Selain gangguan mental, ada lagi suatu penyakit yang hampir tidak bisa dipisahkan dengan mahasiswa. Penyakit tersebut adalah gastritis atau yang kerap disebut asam lambung. Banyaknya tugas dan padatnya perkuliahan seringkali membuat para mahasiswa mengabaikan Kesehatan dirinya. Mereka menyepelekan hal kecil yang sebenernya berdampak besar, yaitu pola makan. Seringkali para mahasiswa ini menggunakan waktu disela-sela perkuliahan yang harusnya bisa digunakan untuk makan tapi digunakan dengan kegiatan lain seperti menyelesaikan tugas, berdiskusi dan sebagainya.
Menurut Bayti et al., 2021 dalam penelitiannya, Gastritis sering disebut sebagai penyakit maag, yaitu peradangan dari mukosa lambung akibat iritasi dan infeksi. Dalam hal ini lambung dapat mengalami kerusakan oleh proses peremasan apabila terjadi secara terus-menerus. Hal ini menyebabkan lecet dan terjadinya luka yang mengakibatkan inflamasi yang disebut Gastritis.
Selain ketidakteraturan pola makan, gastritis juga dipicu oleh stress yang berlebih. Kecemasan-kecemasan yang terjadi selama proses perkuliahan menimbulkan terjadinya stress. Stress ditambah pola makan tidak teratur menjadi suatu potensi yang kuat terhadap kejadian gastritis. Selain itu kebiasaan mahasiswa yang suka minum kopi untuk menahan kantuk juga dapat memicu produksi asam lambung berlebih yang berujung gastritis.
Menurut World Health Organizatio (WHO) pada tahun 2019 kejadian gastritis di dunia mencapai 1.8 juta hingga 2.1 juta penduduk setiap tahunnya. WHO juga menyatakan bahwa persentase angka kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8% dan mencapai prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk di beberapa daerah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019 mencatat bahwa kasus gastritis termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia, yaitu pada pasien rawat inap di RS maupun di Puskesmas Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 30.154 (4,9%)
Maraknya makanan junk food yang dijual di berbagai tempat juga merupakan salah satu penyebab peningkatan penderita gastritis. Makanan-makanan seperti seblak, mie instan, cilok pedas dsb, ini merupakan makanan-makanan yang tidak sehat ditambah lagi dengan rasa pedas dari cabai akan semakin memicu produksi asam lambung berlebih. Selain makanan pedas, makanan yang berlemak dan bersifat asam juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
Gejala yang dialami penderita gastritis yaitu mual, muntah, rasa nyeri/ tidak nyaman di perut bagian atas, nyeri pada uluhati, perut kembung, sesak, keringat dingin, sering bersendawa.
Kurangnya pengetahuan dan perhatian terkait gastritis membuat para mahasiswa melakukan perilaku yang menjadi faktor penyebab terjadinya peradangan lambung. Hal ini yang dibiarkan secara terus menerus akan memicu kerusakan pada lambung.
Hendaknya mahasiswa untuk memperbaiki pola makan, makan teratur dengan porsi kecil namun sering dan menghindari makan makanan asam, pedas dan berlemak serta mengurangi konsumsi kafein. Mengelola stress yang dialami dengan mengalihkan perhatian ke hal-hal yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H