Mohon tunggu...
Nazwa Nabillah
Nazwa Nabillah Mohon Tunggu... Perawat - Nazwa Nabillah

Selamat Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Kritik Film Pendek "Lemantun"

8 Maret 2021   20:24 Diperbarui: 8 Maret 2021   20:56 4297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar pribadi

Film yang berjudul Lemantun ini ditulis dan disutradarai oleh Wregas Bhanuteja dan berkolaburasi dengan musisi Gardika Gigih. Dengan produser Nia Sari. Serta ditayangkan dalam channel yoube dengan durasi 21:39 detik. Film ini diproduksi untuk menuntaskan tugas akhir Wregas Bhanuteja ketika kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tahun 2014. Kata Lemantun sendiri berasal dari bahasa jawa artinya lemari. Dalam film benda ini merupakan sebuah warisan yang diberikan oleh seorang ibu untuk kelima anaknya. Lemari tersebut terdengar tidak istimewa akan tetapi film ini  mengajak para penonton untuk tahu apa makna dibalik lemari tersebut.

Film ini menggunakan bahasa jawa dan terdapat subtitle indonesinya. Mengambil latar belakang perkampungan di Muntilan, Magelang, dan Jogja. Diawal adegan diperlihatkan seorang ibu yang sedang duduk dikursi dan kelima anaknya yang bernama Tri, Mas Eko, Mas Dwi, Yuni, dan Anto, tetapi ada satu anak yang hanya duduk lesehan di lantai yaitu Tri. Lalu sang ibu mengumumkan akan membagikan warisan bukan berupa tanah atau rumah akan tetapi berupa lemari. Karena lemari merupakan penanda lahirnya anak-anak ibu tersebut. Setelah mengumumkan warisan sang ibu mengundi nomor untuk dipilih oleh kelima anaknya. Lalu kelima anak tersebut mencari lemari sesuai dengan nomor yang didapat.

Keempat anak tersebut terbilang sukses karena sudah mendapatkan gelar sarjana bahkan ada yang menjadi dokter. Tetapi ada satu anak yang tidak mendapatkan gelar dan pekerjaan tetap yaitu Tri yang hanya menjual bensin eceran di depan rumahnya. Sesudah mendapatkan lemarinya kelima anak tersebut merasa bahagia. Tak lama dari situ sang ibu mengumumkan bahwa lemari tersebut harus segera dibawa kerumah masing-masing hari itu juga kalo tidak didenda 100 ribu perhari.

Kelima anaknya mulai bingung bagaimana caranya lemari tersebut dibawa. Sedangkan Tri bingung akan dibawa kemana lemari tersebut karena dia sendiri masih tinggal dengan sang ibu. Tidak ambil pusing Tri hanya  mementingkan saudara-saudaranya terlebih dahulu untuk mengangkat lemari tersebut kedalam mobil. Setelah semuanya pulang Tri memikirkan akan membawa lemari tersebut ke rumah temannya. Tetapi sang ibu melarangnya dengan alasan takut merepotkan orang lain. Lalu sang ibu berbicara bahwa Tri tidak akan mendapatkan denda walaupun lemari tersebut masih dirumah sang ibu.

Sebenarnya lemari tersebut merupakan simbol kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Yaitu tempat menyimpan pengalaman, pengorbanan, waktu, serta menggambarkan bagaimana caranya untuk merawat.

Keempat anaknnya sudah tidak membutuhkan lemari tersebut hanya Tri yang masih membutuhkannya. Alsannya keempat anak tersebut karena mereka bisa hidup tanpa lemari itu. Bahkan ada yang  menganggap bahwa lemari tersebut tidak cukup steril untuk menyimpan  alat-alat medisnya, lalu karena stiker-stiker yang ditempel sudah jadul karena menurutnya anak jaman sekarang lebih suka stiker artis-artis Korea. Serta beranggapan bahwa lemari tersebut berbau mistis.

Berbeda dengan Tri anak yang kurang sukses menjaga lemari itu seperti dia menjaga ibunya. Karena menurutnya dia akan membalas pengorbanan panjang  ibunya dari ketika dia dilahirkan sampai sekarang. Karena hanya Tri yang masih tinggal dengan ibunya, kemudian dia melamun danmasuk ke dalam lemari memikirkan kekhawatiran yang masih belum mempunyai rumah dan belum mempunyai istri. Larut dalam lamunannya,titik klimaks film ini yaitu ketika sang ibu jatuh dari kamar mandi lalu tampak layar hitam. Setelah itu ada satu pemandangan yang memperlihatkan Tri sedang menuntun ibunya keluar menuju teras rumah. Disini penonton merasa terharu karena melihat bagaimana berbaktinya Tri terhadap sang ibu.

Film ini mengajak para penonton untuk mengerti bahwa sebenarnya sikap sang ibu bijaksana sekali bukan memandang Tri sebelah mata. Buktinya anak-anak yang lainnya akan terkena denda jika lemari tersebut tidak segera dikeluarkan dari rumah sang ibu berbeda dengan Tri yang tidak kena denda. Mengapa? Karena menurut sang ibu denda untuk keempat anaknya itu digunakan untuk membantu kehidupan ibu dan Tri. Semua anaknya sudah hidup sejahtera tinggal Tri yang belum karena mengurus sang ibu.

Sang ibu melarang Tri membawa lemari tersebut kerumah temannya dan tidak mendendanya mengartikan bahwa memang rumah itu nantinya akan menjadi milik Tri sebagai ganti pengorbanan mengurus orang tuanya.

Sang ibu sempat kecewa dan sakit hati terlihat pada adegan waktu ke kamar mandi bukan hanya sekedar scene dan suara keras air tetapi lebih dari itu, yaitu akibat memikirkan anak-anaknya yang lebih memilih memindahkan lemari itu dengan cepat dari pada membayar denda. Yang sebenarnya itu membantu kehidupan ibu dan Tri.

Dikutip dari  salah satu adegan seperti “Mas Tri sekarang kegiatannya apa sih?” Menunjukkan bahwa realitanya manusia dianggap berguna hanya dengan lihat dari seberapa tingginya pendidikan dan pekerjaan yang dia miliki. Disisi lain sosok Tri menyadarkan kita bahwa ketulusan sang anak merawat dan menjaga ibunya merupakan pekerjaan yang paling mulia yang tanpa disadari sering dilupakan. Sehingga film ini sangat menginspirasi untuk para penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun