Masih ingat dengan Ponari? Dukun cilik dengan batu ajaibnya yang bisa menyembuhkan penyakit. Cara kerjanya adalah melalui media air, jika batu ajaib milik Ponari dicelupkan ke air maka air tersebut dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan.
Sama halnya dengan fenomena batu ajaib Ponari, produk air mineral kesehatan juga masih mengundang kontroversi sampai sekarang. Bahkan selama beberapa hari ini di media sosial ramai soal hoax salah satu produk air alkali.
Khasiat produk air mineral kesehatan ini diklaim sudah menyembuhkan banyak penyakit, mulai dari penyakit biasa sampai penyakit degeneratif. Tapi ternyata itu semua hanyalah placebo effect. Sama halnya dengan air yang dicelupkan batu ajaib milik Ponari.
Lalu kenapa banyak orang yang percaya dan mengklaim tentang khasiatnya yang manjur?
Manusia pada dasarnya memiliki rasa penasaran yang besar dan mudah terpengaruh. Apalagi peranan dari media sosial sekarang ini sangat berperan besar untuk hal-hal latah.
Saya sendiri mengakui kalau saya orangnya mudah percaya dan terpengaruh pada apa yang diyakini banyak orang. Saya gampang percaya pada testimoni yang mungkin hanya ditulis oleh orang-orang bayaran.
Ya, saya dalam kurun awal bermain medsos masih termasuk tipe pemalas untuk mencari kebenaran suatu berita alias gampang termakan hoax. Sekarang? Enggak, dong. Sekarang mari kita kulik soal produk air mineral kesehatan yang belakangan marak sebagai produk minuman yang sepaket dengan gaya hidup sehat masyarakat urban.
Pertama mari kita bahas soal produk air alkali.Â
Air alkali adalah air yang mengandung tingkat pH yang lebih tinggi dibandingkan air biasa sehingga diklaim lebih baik bagi kesehatan. Jika air biasa umumnya mengandung pH 7, air alkali mengandung pH 8 atau 9.
Air alkali dipercaya dapat menstabilkan kadar pH tubuh, memperlambat proses penuaan, menangani tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, serta mencegah penyakit kanker. Iya, air ini memang dianggap sehebat ini.
Yang menjadi permasalahan adalah produsen mesin pemroses air menjadi air alkali menggembar-gemborkan bahwa kesehatan tubuh manusia akan terganggu ketika pH tubuh menjadi cenderung asam. Di sinilah peran air alkali untuk menetralkan pH atau tingkat keasaman. Di sinilah produk air alkali mulai bermunculan.
Saya tergabung dalam sebuah closed group tentang pola makan sehat di Facebook di tahun 2010. Sampai sekarang saya masih menjadi anggotanya dan masih menjalani pola makannya walau tidak sekonsisten di awal saya bergabung.
Tujuan awal saya melakukan pola makan ini tentu saja layaknya keinginan utama para ibu-ibu yang baru saja melahirkan. Ingin kembali kurus. Kenaikan berat badan saya semasa kehamilan memang cukup drastis. Bahkan berat badan saya stuck di angka 60 kg setelah anak kedua berusia  1 tahun. FYI berat badan saya sebelum hamil adalah 50 kg.
Tadinya dalam grup ini hal utama yang dishare adalah menu makanan. Apa yang menjadi sarapan, makan siang, makan malam, dan juga snack di antara jam makan siang dan makan malam. Jika ada yang menyalahi juklak (petunjuk pelaksanaan) maka mereka yang sudah mengerti akan saling mengingatkan agar cara makannya dibenerin.
Laun, mulai ada yang membagikan jenis air minum yang dikonsumsi. Sebuah produk air alkali yang katanya sejalan dengan pola makan ini. Saya tentu saja langsung terbawa untuk ikut mengonsumsi produk tersebut.
Dalam seminggu saya bisa mengonsumsi 2 galon ukuran besar demi memenuhi kebutuhan dasar konsumsi air yang dibutuhkan tubuh, yaitu 8-10 gelas sehari.
Khasiatnya di tubuh saya? Saya merasa tubuh saya lebih bugar. Walau saat itu saya memang tidak menderita sebuah penyakit secara spesifik. Jadi tidak tahu apakah manjur mengobati penyakit yang diderita atau tidak. Yang utama sih, berat badan saya kembali ke masa sebelum hamil.
Apalagi rasa produk air alkali yang saya minum terasa berbeda dengan produk air mineral yang biasa saya konsumsi sehari-hari. Rasanya lebih segar seperti minum langsung dari sumber mata air. Oh, saya tahu bagaimana rasanya minum dari sumber mata air karena dulu sering naik gunung dan minum air langsung dari kaki gunung.
Lain saya, lain pula cerita teman saya yang adalah seorang selebtwit asal Palembang. Sebut saja namanya R. R ini belakangan juga terbawa dengan kebiasaan mengonsumsi infused water yang dipercaya juga sebagai air detoks. Para pelaku pola makan berbahan organik, raw food sampai vegetarian sering sekali mengonsumi air minum ini.
Infused water sendiri sebenarnya hanyalah air mineral biasa yang ditambahkan potongan buah atau daun herbal. Biasanya disimpan semalaman di lemari pendingin agar rasanya menyatu.
Infused water juga diklaim memiliki banyak manfaat bagi tubuh semisal sebagai detoks, anti penuaan sampai menurunkan berat badan. Namun manfaatnya belum diuji klinis.
Bicara soal manfaat, infused water sebenarnya hanya mendorong orang-orang yang tadinya tidak suka minum air putih menjadi rutin minum, dan anak-anak yang tidak suka mengonsumsi buah-buahan. Dengan infused water, mereka bisa mengonsumsi air mineral beraneka rasa sesuai dengan pilihan buah yang diinginkan.
Saat saya bertanya apa yang teman saya rasakan usai rutin mengonsumsi infused water, katanya hanya terasa segar di tenggorokan saja. Selain itu dia belum merasakan manfaat lain dari infused water.
Selain produk air alkali, infused water, lalu ada pula produk air oksigen.
Apa sih air oksigen ini?
Oksigen memang bisa larut dalam air. Kandungan oksigen dalam air dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain suhu dan tekanan udara.
Air oksigen dalam kemasan adalah air mineral yang ditambahkan oksigen dengan cara memberikan tekanan dan suhu tertentu. Namun oksigen dalam air tidak bisa bertahan lama. Oksigen bisa menembus botol kemasannya.
Air oksigen diyakini mampu meningkatkan kesehatan kulit, bahkan juga mengurangi kerut.
Dalam suatu kesempatan saat saya mengikuti kelas offline dari #DanoneBloggerAcademy di bilangan Kuningan. Dr. dr. Inge Permadhi, MS, SpGK (K) yang saat itu memberikan materi tentang Hidrasi menjelaskan bahwa air alkali, infused water, ataupun air oksigen pada dasarnya fungsinya sama saja dengan air mineral yang biasa kita minum sehari-hari. Tidak ada keistimewaan ataupun keunggulan lebih.
Dokter Inge menyebut bahwa tubuh manusia sebenarnya secara alami telah memiliki mekanisme sendiri untuk mengatur keseimbangan pH. Ginjal dan paru-parulah yang berperan untuk mengatur keasaman ini.
Air putih yang biasa kita konsumsi justru sudah memenuhi dasar-dasar kebutuhan untuk tubuh. Karena air putih yang baik itu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Utamanya adalah harus aman dan sehat.
Persyaratan untuk air putih yang dikonsumsi pun ditentukan oleh persyaratan kimia dan biologi. Artinya sudah melalui sebuah penelitian terlebih dahulu.
Persyaratan kimia dan biologi ini untuk menentukan apakah ada konsentrasi bahan-bahan kimia atau ada mikroorganisme pathogen dan non pathogen yang berbahaya bagi tubuh atau tidak. Jika sudah lulus uji maka layak dikonsumsi.
Air putih yang biasa kita konsumsi juga sudah mengandung mineral. Secara alami, air tanah yang diambil sebagai sumber air sudah memiliki mineral yang baik bagi tubuh.
Alam memroses mulai dari air hujan yang tadinya adalah air kosong. Air kosong adalah air yang tidak mengandung mineral. Saat air hujan jatuh ke tanah sudah ada layer-layer di dalam tanah yang menyaring air hujan sehingga berubah fungsi menjadi air mineral.
Air sendiri dalam dalam tubuh manusia fungsinya sangat banyak karena 70-80% dari tubuh manusia terdiri dari air.
Kebutuhan cairan dalam tubuh manusia sendiri tergantung jenis kelamin, usia, jenis kegiatan atau aktivitas yang dijalani, kondisi cuaca, kondisi kesehatan, maupun berat badan.
Pada manusia dewasa rata-rata cairan yang dibutuhkan berkisar antara 2,5 liter setiap harinya. Karena itu dianjurkan meminum air 8-10 gelas perhari.
Beberapa perusahaan mengklaim dapat memproduksi air alkali dengan mesin elektrolis atau ionizer yang berfungsi memroses air menjadi alkali. Mesin ini memisahkan molekul yang lebih basa dengan molekul yang lebih asam. Meski demikian, produk ini belum didukung oleh penelitian yang berkualitas.
Mengonsumsi air alkali dengan pH terlalu tinggi bahkan berisiko mendatangkan efek samping tertentu, seperti iritasi pada dinding esophagus. Hal ini dikarenakan struktur esophagus dibuat agar lebih tahan menghadapi kerusakan yang disebabkan oleh zat yang bersifat asam.
Selama 7 tahun baru kemarin itu saya tahu kalau ternyata produk air alkali yang dulu sering saya konsumsi ternyata manfaatnya tidak sesuperior yang selama ini digadang-gadang.
Dalam kesempatan lain saat saya berkunjung ke Klaten, saya sempat bertanya kepada ibu-ibu di sekitaran Polanharjo, Klaten.
Menurut Ibu Maryatun, salah seorang ibu yang tergabung dalam Rukun Santoso yaitu mereka yang mengolah sampah rumah tangga menjadi barang bernilai ekonomis. Dia rutin sekali mengonsumsi air untuk diminum. Air yang diminum asalnya langsung dari sumber mata air Umbul Sigedang.
Sumber mata air Umbul Sigedang ini pula yang digunakan oleh Pabrik Aqua Klaten sebagai sumber air untuk produk mereka. Pemilihan sumber air tentu saja tidak sembarang pilih.
Menurut Erik Rahadian yang bekerja sebagai Quality Control di Pabrik Aqua Klaten, pemilihan sumber mata air dari Danone harus menjalani proses penelitian selama kurang lebih satu tahun. Hal ini untuk membuktikan kalau air yang akan diproduksi nanti layak minum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H