Mohon tunggu...
Nazwa Aura Syakirana
Nazwa Aura Syakirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Saat ini, saya berdomisili di Yogya. Saya memiliki hobi membaca novel dan terkadang mengoleksi beberapa novel. Salah satu hal yang saya suka adalah hujan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Muda di Era Transformasi Digital

7 Desember 2024   09:36 Diperbarui: 7 Desember 2024   09:37 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era transformasi digital membawa perubahan multidimensional yang signifikan dalam kehidupan generasi muda. Menurut Revalina Fatma Azhara,  seorang pengamat sosial dari FISMO Club,  era ini tidak hanya membentuk ulang pola interaksi sosial, tetapi juga memengaruhi cara berpikir, bekerja, hingga menata identitas diri. Revalina berpendapat bahwa generasi muda memainkan peran strategis sebagai penggerak utama dalam adaptasi teknologi. Namun, mereka juga menghadapi tantangan besar yang memerlukan kesiapan mental, intelektual, dan emosional yang matang.

1. Pola Interaksi Sosial yang Berubah Secara Radikal

Revalina menyebut bahwa salah satu dampak paling nyata dari transformasi digital adalah perubahan cara generasi muda berinteraksi. Kehadiran media sosial dan aplikasi komunikasi daring telah menggantikan sebagian besar interaksi langsung.

  • Dominasi Dunia Maya: Generasi muda kini lebih banyak menghabiskan waktu di ruang digital dibandingkan ruang fisik. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter menjadi medium utama untuk bersosialisasi, berbagi ide, dan membangun komunitas. Menurut Revalina, pola ini menciptakan *hyperconnectivity*, yaitu kemampuan untuk terhubung secara luas, namun ironisnya sering kali mengorbankan kualitas keintiman yang hanya ditemukan dalam interaksi tatap muka.

  

  • Fenomena Persona Digital: Generasi muda juga cenderung menciptakan "persona digital," yaitu gambaran diri yang sering kali berbeda dengan realitas. Revalina menyoroti bahwa tekanan untuk tampil sempurna di media sosial dapat memicu krisis identitas, terutama ketika individu merasa terperangkap dalam ekspektasi yang tidak realistis. "Media sosial seperti panggung besar, dan setiap orang merasa harus tampil sempurna di depan penonton yang tak pernah tidur," ujar Revalina.

2. Dampak Psikologis: Tekanan dan Ketahanan Mental

Transformasi digital memengaruhi kondisi psikologis generasi muda secara mendalam. Revalina menjelaskan bahwa dampak ini dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana teknologi digunakan.

  • Tekanan Sosial dan FOMO (Fear of Missing Out): Media sosial kerap menciptakan ilusi kesempurnaan hidup orang lain, sehingga banyak anak muda merasa tertinggal atau tidak cukup baik. Revalina menyatakan bahwa fenomena ini diperparah oleh algoritma platform digital yang memprioritaskan konten "glamor" untuk meningkatkan keterlibatan pengguna.

  

  • Lonjakan Masalah Kesehatan Mental: Studi yang dirujuk oleh Revalina menunjukkan bahwa ketergantungan pada media sosial berkontribusi pada peningkatan tingkat kecemasan, depresi, dan stres. "Generasi muda sering kali menghadapi tekanan untuk selalu terlihat bahagia dan sukses, padahal di balik layar, mereka mungkin merasa sebaliknya," tambahnya.
  • Krisis Empati dan Interaksi Langsung: Revalina juga mengamati bahwa kebiasaan berkomunikasi melalui perangkat digital dapat mengurangi kemampuan generasi muda untuk memahami emosi dan perspektif orang lain. "Kita hidup di era di mana empati sering kali diukur dengan jumlah emoji, bukan tindakan nyata," ungkapnya.

3. Tantangan Kesenjangan Digital (Digital Divide)

Transformasi digital tidak terjadi secara merata. Menurut Revalina, salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital yang menciptakan jurang ketidaksetaraan antara kelompok yang memiliki akses teknologi dan yang tidak.

  • Ketimpangan Infrastruktur: Di banyak daerah terpencil, akses terhadap internet, perangkat teknologi, dan pendidikan berbasis digital masih sangat terbatas. "Generasi muda di kota besar mungkin sudah terbiasa dengan Wi-Fi cepat dan gadget canggih, tetapi bagaimana dengan anak-anak di desa yang bahkan listrik pun tidak stabil?" tanya Revalina.

  

  • Solusi Inklusif: Revalina menggarisbawahi pentingnya kebijakan yang fokus pada inklusi digital. Ini mencakup pembangunan infrastruktur teknologi di daerah tertinggal, pelatihan literasi digital bagi masyarakat kurang mampu, dan subsidi perangkat bagi pelajar. "Transformasi digital hanya akan berhasil jika semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat," tegasnya.


4. Pendidikan di Era Digital

Revalina menilai bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan transformasi digital. Namun, sistem pendidikan tradisional sering kali gagal mengikuti laju perubahan teknologi.

  • Integrasi Teknologi dalam Kurikulum: Revalina menekankan bahwa keterampilan teknis seperti pemrograman, analisis data, dan manajemen teknologi harus diajarkan sejak dini. Selain itu, pendidikan harus mengembangkan *soft skills* seperti kreativitas, kolaborasi, dan pemikiran kritis. "Kita tidak hanya membutuhkan teknisi, tetapi juga pemimpin yang mampu memahami dampak teknologi terhadap masyarakat," katanya.

  

  • Literasi Digital yang Komprehensif: Literasi digital harus mencakup pemahaman tentang etika penggunaan teknologi, kesadaran terhadap ancaman dunia maya, dan kemampuan menyaring informasi. "Generasi muda harus belajar untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pengkritik yang cerdas terhadap dampak sosialnya," jelas Revalina.

5. Menjaga Nilai Kemanusiaan di Tengah Teknologi

Meski teknologi terus berkembang, Revalina mengingatkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kejujuran, dan solidaritas harus tetap menjadi landasan utama. Transformasi digital tidak boleh mengikis esensi hubungan antarindividu.

  • Keseimbangan Kehidupan Online dan Offline: Revalina percaya bahwa generasi muda harus belajar menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. "Interaksi digital bisa mempermudah hidup, tetapi hubungan yang bermakna hanya bisa dibangun melalui kehadiran fisik," ujarnya.

  

  • Pemanfaatan Teknologi untuk Kebaikan: Teknologi dapat menjadi alat untuk mendukung perubahan sosial yang positif, seperti penggalangan dana, kampanye sosial, atau advokasi hak asasi manusia. Namun, Revalina mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat; dampaknya tergantung pada cara manusia menggunakannya.

6. Generasi Muda sebagai Agen Perubahan

Menurut Revalina, generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di era transformasi digital. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk menciptakan inovasi sosial, mendorong inklusi, dan menghadapi tantangan global, seperti krisis lingkungan atau ketimpangan ekonomi.

  • Pemimpin Masa Depan: Revalina percaya bahwa generasi muda harus diberdayakan untuk menjadi pemimpin yang visioner dan bertanggung jawab. "Di tangan mereka, teknologi dapat menjadi alat untuk membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan," ungkapnya.

  

  • Tantangan Etis: Namun, Revalina juga mengingatkan bahwa keberhasilan generasi muda tidak hanya diukur dari kemampuan teknologinya, tetapi juga dari integritas dan tanggung jawab moral mereka. "Kemajuan teknologi tidak berarti apa-apa jika tidak digunakan untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan," pungkasnya.

Era transformasi digital menghadirkan peluang dan tantangan besar bagi generasi muda. Seperti yang diungkapkan Revalina Fatma Azhara, keberhasilan dalam era ini bergantung pada kemampuan untuk tidak hanya menguasai teknologi tetapi juga menjaga keseimbangan antara inovasi dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan pemahaman yang matang dan tindakan yang bertanggung jawab, generasi muda dapat menjadi kekuatan penggerak untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, adil, dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun