Kecamatan Liang Anggang di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki lahan basah luas dan kaya akan keanekaragaman hayati. Lahan basah di daerah ini memainkan peran penting sebagai penyerap air, pengendali banjir, serta habitat bagi berbagai flora dan fauna khas. Namun, potensi ini menghadapi berbagai tantangan akibat perkembangan perkotaan, alih fungsi lahan, dan perubahan iklim.
Pentingnya Lahan Basah di Liang Anggang
Wilayah Liang Anggang memiliki karakteristik lahan basah berupa rawa gambut dan kawasan perairan dangkal yang mendukung sistem ekologi lokal. Lahan basah ini berfungsi sebagai penyimpan karbon alami yang mampu mengurangi dampak perubahan iklim global. Selain itu, keberadaannya mendukung kehidupan masyarakat sekitar dengan menyediakan hasil perikanan, bahan baku tanaman obat, serta mendukung sektor pertanian. Lahan basah Liang Anggang juga memiliki potensi besar untuk dijadikan kawasan wisata edukasi lingkungan.
Tantangan Pelestarian
Kendati demikian, ancaman terhadap lahan basah di Liang Anggang tidak bisa diabaikan. Perkembangan wilayah perkotaan, seperti pembangunan perumahan dan jalan, telah mengurangi luas lahan basah secara signifikan. Selain itu, kebakaran lahan gambut yang sering terjadi akibat musim kemarau panjang semakin memperburuk kondisi ekosistem ini.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup, dalam lima tahun terakhir, sekitar 15% lahan basah di Kecamatan Liang Anggang telah beralih fungsi menjadi area pembangunan. Hal ini memengaruhi kapasitas lingkungan dalam menyerap air, sehingga meningkatkan risiko banjir di musim hujan.
Upaya Konservasi
Pemerintah Kota Banjarbaru telah mengambil langkah konkret untuk melestarikan lahan basah Liang Anggang. Salah satunya adalah peluncuran program "Banjarbaru Hijau" yang berfokus pada rehabilitasi lahan gambut dan penanaman kembali vegetasi asli. Program ini juga melibatkan masyarakat setempat untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian ekosistem.