Hari terakhir di rumah, aku mulai kembali ke Jakarta. Hari itu hari pemilu 2024.Â
Setibanya di Jakarta, aku mulai merasakan kesendirian dan kesepian, sangat hampa menempati kamar kosanku. Bahkan selama perjalanan ke Jakarta, kepalaku sangat pusing tiba-tiba. Aku sangat ingin membeli kopi, tapi aku menahannya karena khawatir asam lambungku perih.Â
Aku pun meminum paracetamol untuk meredakan sakit kepalaku. Aku terus tertidur sepanjang perjalanan, tapi kepalaku masih sangat sakit, bahkan sesampainya di kosan. Kepalaku mulai pusing. Sakit yang kurasakan pekan lalu pun kembali datang. Asam lambung, mual, kembung. Ada apa? Jakarta kamu kenapa membuatku seperti ini. Aku ingin pulang lagi. Aku tidak ingin berada di kota asing ini.Â
Padahal di hari pemilu cuaca Jakarta sangat bagus, tidak terlalu panas bahkan langitnya sangat cantik.Â
Emosi-emosi yang aku rasakan membuatku keheranan dengan diriku, seperti seseorang yang tidak aku kenal. Aku tidak mengenal diriku dengan baik.Â
Di satu hari saat aku sedang menonton drama korea, saat sedang scene comedy aku malah menangis. Ya, aku kembali menangis tanpa sebab. Di situasi aneh yang seharusnya aku tertawa, aku malah menangis tersedu-sedu. Otaku mendapati lagi "kenapa aku menangis", tapi aku tetap menangis selama 5 menit lalu berhenti.Â
Emosi-emosi aneh lainnya datang. Saat sedang melakukan suatu kegiatan, pikiranku tiba tiba terbesit suatu kejadian. Apakah kalian punya mimpi yang sama saat sedang demam tinggi? Mimpi yang selalu sama itu tiba-tiba ada dipikiranku, saat aku sedang baik-baik saja. Perasaannya aneh, padahal biasanya aku tidak ingat mimpi itu. Aku hanya ingat mimpi itu saat sedang demam tinggi. Tapi kenapa dia datang secara tiba-tiba? Aneh sekali sampai membuatku sangat gelisah. Aku mulai menarik nafas dalam-dalam, menenangkan pikiran kacauku.Â
Tiba-tiba aku ingat setahun lalu aku sempat menghubungi psikolog di halodoc. Meski sebenernya di 2 tahun terakhir aku sudah menghubungi psikolog sebanyak 4 kali. Tapi di salah satu chat dokter yang pernah aku hubungi, aku baru membaca diagnosa yang dia berikan. Isi diagnosanya adalah generalized anxiety disorder.Â
Setelah membacanya, aku melamun tak percaya aku melewatkan hasil diagnosa itu. Dokter itu sempat menyarankaku untuk mendapat perawatan ke psikiater. Bagian itu aku ingat, karena aku sempat mengalami insomnisa, jadi dia menyuruhku mendapatkan obat. Tapi aku tidak melakukannya, aku menghiraukannya. Aku hanya mengonsumsi paracetamol untuk membantuku tidur. Bahkan insomnia sempat hilang karena aku mulai berolahraga. Aku merasakan aku tidak apa-apa.Â
Diagnosa itu cukup menggangguku. Apa yang harus kulakukan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H