Mohon tunggu...
Salahuddin
Salahuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembelajar sejati adalah ikhlas menerima ilmu dalam keadaan kosong tanpa merasa isi...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mulut

16 September 2014   12:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:33 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita adalah apa yang kita keluarkan dari mulut kita. Bagaimana mulut yang berada di kepala yang terdiri dari lidah yang menempel didalam rongga tenggorokan begitu presisi dengan dinding-dinding gusi disekitarnya memiliki kelenturan yang sangat luar biasa sehingga dapat mengeluarkan kata-kata indah dan suara yang merdu .Setiap untaian kata indah yang dapat membuat kita terbuai sampai dengan alunan suara merdu yang dapat memanjakan bagi siapapun yang mendengarnya. Kurang lebih begitulah yang dapat diperbuat oleh mulut kita. Kata-kata yang dapat menggairahkan hati, merefresh otak yang dapat membuat kita lupa dengan segala permasalahan yang ada kita hadapi di dunia ini.

Begitu mulia eksistensi mulut bagi manusia secara personal maupun sosial. Mungkin karena alasan itu ia diletakan dikepala (diatas) tidak dibagian tengah atau bahkan dibawah. Namun faktanya, dari kemuliaan mulut tersebut banyak manusia yang menyalah gunakannya, banyak kata-kata yang dikeluarkan oleh manusia sering kali menyakitkan hati, kotor, kasar yang dapat merendahkan diri sendiri. Mulut yang harusnya dihiasi dengan untaian kata indah, suara yang merdu, terkadang sering kali mengeluarkan sesuatu yang tidak bermanfaat, kata-kata yang bahkan tidak layak keluar dari bagian tubuh manusia yang sangat mulia ini. Mengapa begitu mudah seseorang menghinakan dirinya sendiri? Mengapa mereka tidak bersyukur dengan anugerah pemberian ilahi yang begitu luar biasa ini? Padahal banyak kumpulan kata-kata yang indah, banyak nada yang begitu merdu yang dapat disenandungkan, tapi mengapa kata-kata yang buruk, kasar atau kotor yang mereka pilih?

Padahal kata-kata baik, bagus, atau positif sangat baik bagi diri kita dan siapa pun yang mendengar. kata-kata yang positif merangsang diri kita atau pendengar sehingga bermanfaat bagi tubuh secara jasmani dan kejiwaan secara rohani. Keberadaan baik dan buruk memang suatu harmonisasi. Namun alangkah bijaksananya apabila kata-kata yang baik yang kita pilih untuk keluar dari mulut kita. Kata-kata yang baik yang tidak akan menimbulkan kerugian bagi diri kita dan siapapun yang mendengar.

Sudah banyak penelitian secara ilmiah yang membuktikan bahwa kata-kata yang positif (baik) sangat bagus bagi tubuh kita, baik itu otak, jantung, dan organ-organ tubuh lainnya yang dapat memberikan rangsangan yang positif sehingga kita dapat merasa fresh dan segar. Dan sebaliknya apabila kata-kata buruk yang sering keluar di mulut kita hal tersebut juga akan memberikan dampak yang kurang baik bagi diri kita dan siapapun yang mendengar.

Penulis rasa berkata baik tidaklah sulit, cukup katakan yang kita tahu, keluarkan dengan bersahaja dan lembut, maka kita akan merasakan bahwa kehadiran mulut sebagai bagian tubuh yang mulia akan kita nikmati dan kita syukuri keberadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun