Mohon tunggu...
Nazla ZianaFairuza
Nazla ZianaFairuza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Peristiwa Mei 1998 dalam Kasus Konflik Politik

2 Juli 2023   20:15 Diperbarui: 2 Juli 2023   20:39 1921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei--15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Hal inipun mengakibatkan penurunan jabatan Presiden Soeharto, serta pelantikan B. J. Habibie.

Penyebab utama yang memicu huru-hara ini ialah krisis finansial yang terjadi di kawasan Asia. Kerusuhan yang terjadi merupakan hasil dari kumpulan peristiwa politik, sosial dan ekonomi yang terjadi di masa orde baru. Rezim Suharto "Orde Baru", yang telah bertahan selama 30 tahun, rusak parah oleh korupsi yang merajalela dan ketidakmampuannya untuk menjaga stabilitas ekonomi. Munculnya keresahan atas ketimpangan dalam tatanan pemerintahan Soeharto dan Keresahan ini membuat sejumlah elemen masyarakat bersatu menyuarakan reformasi.

Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak. Mereka adalah mahasiswa Universitas Trisakti. Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi.

Untuk jumlah korban jiwa di Jakarta, TGPF mengungkapkan data versi Tim Relawan yaitu jumlah korban meninggal setidaknya 1.217 jiwa (1.190 akibat terbakar atau dibakar dan 27 lainnya akibat senjata atau dan lainnya), dan 91 luka-luka; sedangkan di kota-kota di luar Jakarta, 33 meninggal dunia, dan 74 luka-luka.

Dalam Peristiwa Mei 1998 ini terjadi kekerasan bahkan pemerkosaan massal, perusakan fasilistas publik, amukan massa, dan contohnya seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya. Juga peristiwa Tewasnya keempat mahasiswa Universitas Trisakti yang akhirnya menambah kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi. 

Dari segala kerusuhan yang terjadi selama peristiwa kerusuhan Mei 1998 dan juga data jumlah korban akibat kerusuhan ini. Kerusuhan Mei 1998 merupakan konflik yang berwujud kekerasan dikarenakan kerusuhan merupakan peristiwa di mana massa (sekelompok besar orang) melakukan pengacauan, Perusakan, dan berbagai kegiatan buruk lainnya yang memicu untuk melakukan Tindakan kekerasan, biasanya sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.

Kerusuhan Mei 1998 ini yang merupakan konflik berwujud kekerasan mempunyai sisi positif lainnya yaitu, masyarakat berharap aksi demonstrasinya bisa menjadi sumber perubahan melalui reformasi, evaluasi perbaikan kebijakan dalam masa pemerintahan Soeharto yang menimbulkan banyak keresahan bagi masyarakat pada masa itu, juga Perbaikan kehidupan untuk sistem dan stabilitas negara Indonesia kedepannya. Selain itu, kerusuhan ini yang menyebabkan konflik terjadi secara sempit, karena kegiatan kolektif yang diarahkan untuk menentang kebijakan umum dan pelaksanaannya, juga perilaku penguasa. 

Dikaitkan dengan puncak ketidakpuasan dan kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah terjadi dengan pecahnya kerusuhan  dan aksi Persetujuan warga masyarakat dalam penurunan jabatan Soeharto dalam pemerintahan.

Penyebab kerusuhan Mei 1998:

  • Pertentangan kepentingan dari kebijakan Soeharto dalam pemerintahannya
  • pada masa itu
  • Kesenjangan distribusi kekayaan ekonomi dan Krisis finansial yang memicu kerusuhan dan peristiwa rasial terhadap etnis Tionghoa,
  • Terdapat pihak yang merasa diperlakukan tidak adil, Kegagalan pemerintah Orde Baru mengantisipasi krisis ekonomi membuat kepercayaan masyarakat hilang. Saat itu sebagian besar rakyat semakin sulit menghadapi tekanan ekonomi dan semakin menyadari ketimpangan ekonomi yang berpihak pada satu kelompok saja. Pemerataan dan keadilan dinilai belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat

Tipe konflik dalam Kerusuhan Mei 1998 termasuk dalam tipe konflik negatif, karena merupakan konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem politik (disalurkan melalui cara-cara nonkonstitusional), seperti kudeta, separatisme, terorisme, dan revolusi. Dilihat dari cara - cara yang dilakukan selama peristiwa tersebut yang menggunakan kekerasan, kerusuhan, Tindakan illegal, dan lain sebagainya.

Struktur yang terjadi dalam konflik kerusuhan ini adalah menang-kalah (zero-sum conflict) karena segala unjuk rasa, aksi demonstrasi, pengajuan reformasi yang dilakukan masyarakat adalah bertujuan untuk menang dalam artian memenuhi harapan dan mengikuti persetujuaan dari suuara rakyatnya, mendapatkan kebijakan yang sesuai dalam mengatasi ketidakstabilan ekonomi dan kondisi yang tidak diinginkan dalam kegagalam masa orde baru yang dilaksanakan oleh pemerintahan Soeharto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun