Mohon tunggu...
Humayra Nazhiva
Humayra Nazhiva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

Tertarik mempelajari dunia kepenulisan dan gemar membaca novel fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Fenomena "Remaja Jompo" terhadap Masa Depan Indonesia

18 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 18 Oktober 2022   09:04 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan menuju dewasa. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Berdasarkan rentang usia tersebut, yang dapat dikategorikan sebagai remaja adalah para pelajar SMP hingga SMA dan mahasiswa. Di masa remaja seharusnya mereka memiliki energi yang lebih besar dan rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan power yang seharusnya mereka miliki, harus diarahkan kepada hal yang lebih positif agar kedepannya mampu mewujudkan harapan bangsa.

Ir. Soekarno pernah berkata, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Pemuda ataupun remaja yang dimaksud oleh Ir. Soekarno merupakan penentu masa depan sebuah peradaban. Bagaimana Indonesia nantinya, itu tergantung jadi apa para remaja ini di kemudian hari. Sebegitu pentingnya peran seorang remaja bagi bangsa dan negara. Namun, bagaimana jadinya jika remaja merasa tidak mampu mewujudkan harapan tersebut? Apalagi seringkali kita menemui para remaja yang mengklasifikasikan dirinya sebagai Remaja Jompo.

Remaja Jompo kini telah menjadi fenomena yang dikenal oleh seluruh remaja Indonesia. Istilah Remaja Jompo digunakan untuk menyebut seorang remaja yang mudah merasa lelah. Penyebab utama dari fenomena ini adalah teknologi yang semakin canggih. Umumnya, para remaja adalah orang yang lebih dan sangat tau tentang penggunaan teknologi-teknologi jaman sekarang. Mereka mampu menciptakan secara optimal terhadap kemudahan dan kenyamanan yang diberikan sebuah teknologi demi keberlangsungan hidup. Namun, kemudahan inilah yang membuat remaja malas melakukan aktivitas fisik. Akibatnya tubuh terbiasa untuk bermalas-malasan dan mudah lelah ketika dituntut untuk melakukan sebuah aktivitas. Selain itu, yang dapat ditimbulkan dari bermalas-malasan, diantaranya adalah tubuh menjadi lambat, tekanan darah meningkat, berat badan tidak terkontrol, dan sirkulasi darah berkurang.

Jika sudah seperti ini, apakah remaja mampu mewujudkan harapan bangsa? Fenomena Remaja Jompo akan mengakibatkan remaja sulit berkonsentrasi dan tidak produktif sehingga tidak bisa menjadi remaja yang kritis, berwawasan luas, dan mampu menghasilkan karya. Sedangkan Indonesia saat ini sedang meningkatkan kualitas dan pemanfaatan Sumber Daya Manusia untuk pembangunan yang lebih maju. Jika kualitas remaja Indonesia saat ini masih perlu dipertanyakan, bagaimana bisa mengambil peran penting terhadap kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Maka dari itu, para remaja perlu meningkatkan keproduktifannya dan mulailah mengembangkan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun