Nazhiifa Hanun Nirwasita dan Iyan Sofyan
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD)
Universitas Ahmad Dahlan
Pernahkah Anda mengalami situasi atau melihat seorang anak sedang menangis sambil mengamuk agresif dan sulit ditenangkan? Apakah kondisi ini normal dan wajar terjadi pada anak? Â Tantrum adalah ledakan emosi yang berlebihan terjadi pada anak. Perilaku tantrum pada anak sebenarnya adalah bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun saat mereka masih belum dapat mengungkapkan perasaan dan keinginan mereka dengan kata-kata (Kompasiana, 2024). Apa yang anak lakukan ketika sedang tantrum? Umumnya tantrum pada anak terjadi ketika anak merasa lapar, lelah, ingin sesuatu atau tidak nyaman dengan keadaan, namun si kecil tidak bisa menunjukkannya sehingga frustasi dan menunjukkan perilaku emosinya dengan cara tantrum atau menangis. Ekspresi yang diperlihatkan anak biasanya melalui tangisan, menjerit atau berteriak, berguling di lantai, menendang, memukul, atau sebagainya. Anak merasa bahwa semua hal berpusat pada dirinya sehingga menyebabkan anak kerap memaksakan kehendaknya.
Dilansir laman Biofarma.co.id terdapat dua jenis tantrum, yaitu tantrum manipulatif dan tantrum frustasi. Tantrum manipulatif biasanya muncul ketika anak merasa kecewa saat menerima penolakan atau keinginannya tidak dipenuhi. Anak akan melakukan tantrum manipulatif untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya. Seperti pada contoh saat di sebuah toko mainan, Ariana 4 tahun) merengek dan berguling-guling di lantai meminta boneka yang tidak dibelikan oleh ibunya. Ia menangis histeris sambil berteriak di toko. Meskipun dibujuk dengan tawaran mainan lain, Ariana tetap tantrum dan bahkan berpura-pura jatuh dan menangis kencang untuk mendapatkan perhatian. Perilaku ini menunjukkan ciri-ciri tantrum manipulatif, di mana Ariana sengaja melakukan amukan untuk mendapatkan keinginannya. Kondisi di atas merupakan tantrum manipulatif pada anak yang digunakan anak untuk membuat orang tua dewasa di sekitarnya khususnya orang tua menuruti keinginannya.
Â
Tantrum frustasi disebabkan karena anak belum bisa mengekspresikan keinginan serta perasaannya dengan baik. Kondisi ini rentan dialami oleh anak usia 18 bulan atau 1,5 tahun. Sebab, ia belum sepenuhnya dapat bertutur kata dengan baik. Selain kesulitan dalam mengutarakan perasaan, anak juga bisa mengalami tantrum ketika ia merasa kelelahan, kelaparan, atau merasa gagal dalam melakukan sesuatu. Contohnya seperti saat seorang anak laki-laki berusia 4 tahun sedang berusaha membangun lego balok mainan nya, tetapi lego itu terus jatuh. Dia mulai frustasi, melempar lego ke seluruh ruangan, dan berteriak dengan marah. Pada dasarnya, anak adalah pengamat yang baik. Anak akan belajar banyak hal untuk mengamati lingkungan sekitarnya salah satunya adalah emosi kedua orang tuanya. Anak bisa mengetahui bagaimana reaksi orang tuanya ketika ia merengek meminta sesuatu. Ia tahu bahwa rengekan tersebut akan membuat orang tuanya menyerah dan menuruti keinginannya. "Kelemahan" orang tua inilah yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai "senjata" anak untuk memanipulasi orang tua agar mengabulkan keinginannya. Inilah yang disebut sebagai tantrum manipulatif.
Jadi inilah letak perbedaan tantrum frustasi atau temper tantrum dan tantrum manipulatif. Tantrum manipulatif merupakan ledakan emosi yang dilakukan anak untuk membuat orang dewasa di sekitarnya mengikuti segala keinginannya. Sedangkan tantrum frustasi merupakan ledakan emosi pada anak karena anak masih belum mampu mengungkapkan keinginan dengan kata-kata yang dapat dimengerti orang-orang di sekitarnya, yang dapat dipicu oleh rasa lelah, lapar, sakit, atau ketidaknyamanan.
Lalu apakah penyebab atau pemicu anak sering tantrum? Anak bisa jadi sering mengalami tantrum karena adanya permasalahan dalam keluarga yang mengakibatkan anak merasa kurang diperhatikan dan berujung mencari perhatian dengan cara yang salah yaitu tantrum. Dalam mengasuh anak, diperlukan rasa kasih sayang yang lebih yang dapat ia rasakan. Kasih sayang tidak hanya ditunjukkan dengan cara memberi materi atau pun fasilitas yang cukup untuk anak namun juga dapat berupa rasa perhatian kepada anak.
Keinginan anak yang tidak terpenuhi seperti anak menginginkan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh orang tua. Misalnya, mainan di toko, permen, atau anak meminta waktu lebih untuk screen time. Lingkungan juga berpengaruh menjadi pemicu anak tantrum. Terlalu banyak stimulasi, kebisingan, atau kekacauan dapat membuat anak kewalahan dan memicu tantrum. Beberapa anak secara alami lebih mudah marah atau frustasi dariada anak lain. Hal ini disebabkan oleh faktor temperamen yang dimiliki setiap anak berbeda.
Anak juga bisa mengalami gangguan bermain seperti kurang mahir dalam beberapa permainan, tidak mahir bergaul atau lebih suka menyendiri (introvert) dan cenderung dikucilkan oleh teman se permainan. Masalah keterlambatan berbicara sehingga komunikasi dan apa yang dibicarakan oleh anak menjadi lebih sulit dimengerti, lingkungan pun akan menangkap dengan maksud yang berbeda. Pola asuh anak yang terlalu memanjakan nya juga bisa menjadi penyebab anak sering tantrum. Anak akan berpikir bahwa apa yang dia inginkan akan selalu dituruti oleh orang tuanya sehingga dia akan melakukan cara apa saja untuk mendapatkannya.