Mohon tunggu...
Nazhara Falatansa
Nazhara Falatansa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikologi Forensik dan Perannya Dalam Menangani Sebuah Kasus

3 Juni 2021   08:15 Diperbarui: 3 Juni 2021   10:29 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Psikologi forensik didefinisikan sebagai aplikasi dari metode, prinsip, teori, dan ilmu psikologi yang digunakan pada bidang legal atau hukum. Definisi ini menyiratkan bahwa psikolog forensik bisa datang dari berbagai latar belakang di psikologi (sosial, klinis, perkembangan). Tugas dan pekerjaan psikolog forensik meliputi: melakukan penelitian, bekerja dengan aparat hukum, konsultan pengadilan, bertindak sebagai ahli saksi, hingga konsultan untuk hakim melalui pemaparan materi hukum.

Di Indonesia, perkembangan ilmu psikologi forensik saat ini semakin meningkat sebab psikologi forensik menjadi salah satu spesifikasi atau bidang kekhususan yang semakin dibutuhkan di masyarakat. Adapun peran-peran psikolog forensik yang akan dibahas meliputi materi-materi atau bidang berikut : 1) Insanity and competency, 2) From dangerous to risk assessment, 3) Syndrome evidence, 4) Sexual child abuse, 5) Child custody and related decisions, 6) Improving eyewitness identification procedures, 7) Sexual harassment, 8) Death penalty trials and appeals.

Insanity and competency. Salah satu tugas paling penting dari psikolog forensik adalah untuk membantu pengadilan dalam menentukan keadaan mental seseorang, baik sebelum orang tersebut masuk ke pengadilan, hingga saat proses persidangan. Selain itu, tugas psikologi forensik adalah menilai kompetensi seseorang sebelum orang tersebut masuk ke pengadilan. Secara umum, kompetensi mengacu pada kemampuan untuk memahami sifat dan tujuan dari proses pengadilan. Terdakwa yang terlibat dalam persidangan perlu menyadari bagaimana proses persidangan bekerja dan bekerjasama dengan pengacara untuk mempersiapkan pembelaan. Pada intinya, materi ini menjelaskan bahwa psikolog forensik bertugas untuk memastikan subjek bisa dan mampu untuk mengikuti sebuah proses hukum sebelum dibawa ke pengadilan.

From dangerous to risk assessment. Psikolog forensik bertugas memprediksi berbagai perilaku bermasalah, seperti kasus kekerasan, pelanggaran seksual, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, dan kasus bunuh diri. Tujuan utama dari penilaian psikologis adalah untuk memprediksi perilaku masa depan berdasarkan beberapa set faktor-faktor yang digabungkan dalam beberapa cara menjadi sebuah skema prediksi. Terdapat tiga jenis skema prediksi menurut Morris & Miller (1985), yaitu: 1) Prediksi Klinis, 2) Prediksi Aktuaria, dan 3) Prediksi Anamnestik.

Syndrome evidence. Berdasarkan hasil survei oleh The National Violence Against Women (NVAW), terdapat sekitar 1,3 juta wanita dan 835 ribu pria di Amerika Serikat yang mengalami kekerasan secara fisik oleh pasangan mereka. Dari kasus-kasus kekerasan inilah muncul berbagai sindrom pada diri korban. Sindrom didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang mungkin ada bersamaan, sehingga dapat dianggap menyiratkan suatu kelainan atau penyakit. Tugas psikolog forensik disini adalah untuk memastikan dan menangani gejala-gejala atau sindrom yang mungkin saja muncul pada korban. Selain itu, psikolog forensik juga perlu membantu korban dalam proses pegadilan bila kasusnya masuk kedalam ranah hukum. Adapun jenis-jenis sindrom yang sering ditemukan adalah: Battered woman syndrome, Past traumatic stress disorder, Rape trauma syndrome, Postpartum depression, dan Premenstrual syndrome.

Child sexual abuse. Tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak biasanya memiliki salah satu bentuk, yaitu antara sejumlah anak yang dilecehkan oleh penyedia penitipan anak atau anak secara idividu yang dilecehkan oleh anggota keluarga atau oleh teman dekat. Ketika tuduhan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak diajukan, psikolog forensik memiliki beberapa tugas antara lain: menilai sifat dari pelecehan (apakah benar-benar terjadi), memberi tahu pengadilan tentang kompetensi anak untuk bersaksi, membantu jaksa dalam mempersiapkan anak untuk bersaksi, bersaksi sebagai saksi ahli, dan terutama membuat rekomendasi kepada hakim tentang apakah trauma saksi membenarkan inovasi. Dalam menilai validitas klaim, psikolog forensik menghadapi berbagai tantangan. Terkadang, untuk mendapatkan informasi dari anak-anak, psikolog mewawancara dengan menggunakan pertanyaan sugestif dan prosedur-prosedur lain seperti penggunaan boneka dengan anatomi yang detail.

Child custody and related decisions. Dalam sebuah kasus perceraian dan perebutan hak asuh anak, psikolog forensik memiliki sejumlah tugas, antara lain: menjadi konselor pernikahan, mediator, terapis anak, evaluator yang ditunjuk pengadilan, saksi ahli, dan peneliti termohon.  Dalam kegiatan tersebut, tentunya psikolog forensik perlu menghindari kemungkinan hubungan ganda. Misalnya, melayani sebagai terapis anak dan kemudian menjadi konsultan untuk pengadilan tentang disposisi bagi anak. Ketika psikolog forensik melakukan evaluasi atas permintaan pengadilan, beberapa prosedur biasanya disertakan seperti, setiap orang tua dan masing-masing anak diwawancarai secara terpisah dan setiap anak diamati saat berinteraksi dengan orang tua. Para orang tua juga biasanya diminta untuk mengisi kuesioner atau bahkan serangkaian penilaian psikologis.

Improving eyewitness identification procedures. Saksi mata menjadi salah satu elemen penting dalam sebuah kasus karena saksi mata berfungsi membantu polisi dalam menyelesaikan kasus dan menjadi penentu penting dari hasil kasus. Mengutip dari Wells (1993), "Kesaksian dari seorang saksi mata merupakan penyebab paling sering dari keyakinan yang salah". Oleh karena itu, salah satu tugas psikolog forensik adalah membatu polisi mendapatkan informasi yang berguna dari saksi mata. Banyak prosedur yang perlu diperhatikan oleh psikolog ketika menggali informasi dari saksi seperti konten wawancara, cara meningkatkan akurasi informasi, penggunaan Lineups dan Array foto beserta aturan operasionalnya, hingga bagaimana menangani anak-anak sebagai saksi mata.

Sexual harassment. Kesadaran masyarakat terhadap pelecehan seksual perlu ditingkatkan seiring dengan sifat dan frekuensi pelecehan seksual yang semakin meningkat juga dari waktu ke waktu. Disini, psikologi forensik mampu memberikan pemahaman dan kesadaran pada masyarakat terkait dengan pelecehan seksual. Menurut pengadilan, terdapat dua jenis pelecehan seksual yakni, quid pro quo dan hostile workplace. Quid pro quo merupakan pelecehan seksual dengan imbalan tunjangan pekerjaan dan melibatkan tawar-menawar dimana pelaku menjanjikan hadiah atau mengancam tergantung dari reaksi korban.  Sementara itu, hostile workplace merupakan pelecehan seksual yang menciptakan lingkungan kerja yang tidak aman, mengintimidasi, dan ofensif. Selain meningkatkan kesadaran akan pelecehan seksual, psikolog forensik juga bertugas untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pelecehan seksual dengan cara menilai faktor yang membentuknya, mengembangkan model untuk memprediksi, dan menentukan hasil dari keluhan tertentu.

Death penalty trials and appeals. Tentunya dalam persidangan dan hukum menjumpai adanya vonis hukuman mati bukanlah suatu hal yang aneh. Meskipun 90 negara telah menghapus hukuman mati untuk semua pelanggaran (11 negara untuk semua pelanngaran kecuali keadaan khusus, 30 negara tidak menggunakannya selama 10 tahun terakhir, dan 66 negara mempertahankannya), vonis hukuman mati masih mejadi perdebatan hingga saat ini. Keadilan dan nilai kehidupan individu merupakan poin bagi mereka yang menolak vonis hukuman mati. Tugas psikolog forensik dalam hal ini adalah menilai kompetensi terdakwa untuk diadili, berperan sebagai saksi ahli, melakukan penilaian psikologis pada terdakwa, dan setelah vonis hukuman mati dijatuhkan, psikolog forensik dapat memberikan evaluasi kompetensi eksekusi serta memberi pemahaman terhadap terdakwa mengenai implikasi vonis hukuman mati.

Demikianlah peran dan tugas-tugas psikolog forensik pada bidang-bidang dan kasus tertentu. Pada intinya, pesan yang ingin penulis sampaikan adalah bahwa keilmuan dan prinsip-prinsip psikologi bisa diterapkan pada bidang hukum. Juga, dengan adanya psikologi forensik maka akan membantu polisi dan pengadilan untuk menjalankan proses hukum.

Sumber : Fulero, S. M., & Wrightsman, L. S. (2009). Forensic psychology (3rd ed). Wadsworth.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun