Mohon tunggu...
Nazila Basuin Abdullah
Nazila Basuin Abdullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

temukan diri, selami diri.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Novel "Suara" karya Ridho Ibadurrahman

11 Januari 2024   13:49 Diperbarui: 11 Januari 2024   14:05 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IDENTITAS BUKU 

  • Judul : Suara
  • Penulis : Ridho Ibadurrahman
  • ISBN : 978-602-309-377-9
  • Penerbit : Indie Book Corner
  • Tahun terbit : 2018
  • Jumlah halaman : 145
  • Harga buku : Rp. 50.000 

SINOPSIS 

Novel ini bercerita tentang sosok Hargoro, yang bekerja sebagai seorang soundman di industri perfilman televisi yang juga tengah menyelidiki kasus hilangnya sang adik, Wita.

Ketika berada dalam suatu project sinetron, Goro bertemu dengan Bela, aktris cantik yang menjadi tokoh utama dalam sinetron yang digarap Goro. Mereka berdua menjalin hubungan pertemanan yang lumayan dekat ketika secara kebetulan berada dalam satu mobil untuk perjalanan menuju lokasi syuting selanjutnya. Sejak saling bertukar akun media sosial, interaksi Goro dan Bela menjadi jauh lebih intens. Bahkan mereka berdua menghabiskan waktu berlibur berdua di Lombok yang menjadi hari peresmian hubungan mereka sebagai sepasang kekasih.

Konflik antar keduanya bermula saat Goro memergoki Bela marah-marah ketika di telepon oleh seorang laki-laki. Sebagai pacar yang baik, tentu Goro menanyakan identitas pria itu serta alasan Bela bersikap seperti itu. Namun sayangnya, Bela menghindar dan memilih merahasiakan dari pacarnya. Hubungan Bela dan Goro seperti sepasang kekasih pada umumnya yang mengalami pasang surut. Goro lebih sering menghadapi Bela yang sering ngambek dan tantrum tanpa sebab serta suasana hati Bela yang selalu berubah drastis. Belum lagi sikap paman Bela di seberang apartemen Bela yang bersikap acuh dan nampak menolak kehadiran Goro ketika mengetahui keduanya berpacaran membuat Goro merasa tidak nyaman.

Puncaknya adalah saat berkunjung ke rumah Goro, Bela mengakui bahwa ia mengenali wajah Wita dan mengatakan semalam baru saja melihat Wita di daerah Kuningan, dekat Plaza Festival. Goro lantas pergi ke tempat yang dimaksud dan segera menanyakan rekaman CCTV di malam sebelumnya. Namun sayangnya, penyelidikan Goro tidak menemukan apa-apa. Ia bahkan tidak melihat Bela ada dalam rekaman CCTV di tempat Bela melihat Wita. Melihat kejanggalan, Goro menanyakan posisi Bela saat itu yang malah di balas dengan kemarahan Bela yang menuduh Goro bersikap suudzon kepadanya. Akibatnya, reaksi Bela memicu kecurigaan Goro mengenai keterkaitan Bela dengan kasus hilangnya Wita.

KELEBIHAN 

Cover buku ini sangat menarik. Pertama kali saya tertarik dengan buku ini karena cover bukunya yang berwarna hitam dengan font berwarna putih. Ukuran buku tidak terlalu tebal, tidak terlalu besar sehingga cocok dibawa kemana-mana dan tidak terlalu memakan tempat di rak buku. Sajian cerita yang dibawakan sangat ringan. Pengarang membungkus cerita dengan apik sesuai sasaran pembaca. Tidak hanya narasi cerita, tapi juga memasukkan bait lagu yang pas untuk mewakili cerita di novel ini. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sangat mudah dipahami. Pembaca diajak untuk berimajinasi membayangkan menjadi sang tokoh utama melalui POV (Poin of View) tokoh utama sebagai ‘Aku’. Kemistri yang terbangun antar tokoh Goro dan Bela terbangun rapi, pun dengan interaksi keduanya sebagai sepasang kekasih yang relate dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, mengambil sudut pandang tokoh utama sebagai seorang soundman dan bagaimana pengarang menceritakan keseharian seorang soundman adalah keunikan tersendiri bagi saya.

KEKURANGAN

Latar belakang tokoh utama (Goro dan Bela) belum terbangun dengan rapih, misalnya bagaimana Goro pada akhirnya berkerja sebagai soundman, sekilas latarbelakang Bela sebagai aktris, dan bagaimana pengarang menyampaikan bahwa fokus utama dalam cerita ini adalah tentang Goro yang tengah menyelidiki kasus hilangnya Wita, adiknya. Kemudian cara pengarang membungkus plot twist dalam novel ini menurut saya kurang. Misalnya sikap paman Bela dan Bela yang seperti kesulitan untuk menyembunyikan kegugupan dan rasa ketidaksukaan pada Goro saat tahu Wita adalah adik Goro. Ada beberapa dialog yang sebetulnya cukup dinarasikan saja, seperti menanyakan tempat keamanan dan percakapan dengan sopir taksi yang menawarkan lewat arah semanggi. Beberapa typo minor juga sempat dijumpai dalam novel ini. Selebihnya sudah tidak ada lagi kekurangan dari novel ini.

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun