Mohon tunggu...
Nazarudin Azhar
Nazarudin Azhar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hirup diri hurip ati. Berusaha lebih memaknai hidup dengan menulis dan mencintai apapun yang menarik dituliskan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karnaval

20 November 2012   09:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:01 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

seorang pecumbu yang buta
mengenali kecantikan bunga dari wanginya
meraba, dan tak hendak menyimpulkan
sebuah kebahagiaan

di penghujung april yang tenteram
seorang prajurit merindukan desing maut
satu inci dari telinga kirinya
di sebuah lembah yang kini
menjadi milik penguasa kesedihan

lelah dalam kesempurnaan
sebuah kata mencair ke dalam puisi
dan minta diucapkan setitik airmata
di bilik pengakuan dosa

sebutir embun di ujung daun
membuat udara bergetar
hari-hari menyapa setiap dahan
dengan suka cita para bocah
dalam sebuah karnaval

pada nyanyian si pelantun rahasia
tak ada bedanya cahaya lampu kristal
di sebuah pendapa, atau cahaya kunang-kunang
di belantara, di mana keanggunan malam
melebarkan sayapnya

__

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun