petani yang menanam rindunya di ladang-ladang kesunyian, telah kembali ke rumah ini. ke pijar damar yang getarnya melukis bunga-bunga kelabu di dinding, dari selengang jalan yang ditandai gema karinding
ruang-ruang terbuka untuk diberkati, setiap sudut hatinya menyimpan bahasanya sendiri. pepucuk kastuba di sebalik iga, disentuh embun pertama, kata paling basah dari serangkai kalimat yang dibisikkan malam, tentang sepasang mata terindah dari 18 musim yang kekal dalam pelukan
pada sajadah coklat pudar, di kamar yang setiap dindingnya adalah puisi, seluruh rindunya mekar, dan ia bersujud lama sekali…
18 juli 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H