jam delapan malam.
di seberang kaca, angin basah menjatuhkan kalakay akasia. lelawa mulai dimabuk cahaya, dan kita menemukan perasaan yang sempat hilang pada sayap-sayapnya yang rentan.
beberapa novel yang tak pernah usai kita baca, berserak di atas meja. dua gelas kosong, dan makanan ringan yang nyaris dingin. di bawah sebuah poster film lama, layar gelap televisi seperti pintu lorong yang menjadi jalan bagi karnaval kesunyian. dan pada sehimpun vokal dan konsonan yang tak minta lagi diucapkan, rindu ini tengah kita muliakan dengan keinginan untuk diam.
kita bertatapan, seperti mendung dan kolam yang saling menafsir, saat kemarau melepas getar terakhir.
gelap dan terang bertukar isyarat di halaman. suara-suara silam lindap di karat pintu pagar, dan sehimpun lelawa berkisah tentang sepotong perjalanan, sebelum sebutir lampu melipat jarak dan memberinya kesedihan.
dan di beranda ini, ketika waktu perlahan memucat pada jam dinding tua yang menegaskan makna setiap pertemuan, kita telah agak lama saling berpelukan...
22 juni 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H