di sini, kesedihan purbawi dikekalkan. pada batu-batu di sebalik permukaan jalan, di mana seorang lelaki melewatinya setiap malam. sambil mengingat warna tirai jendela, daun pintu, mungkin juga raut seorang ibu, di rumah yang kini bernama kenangan.
serangga yang kehilangan sayapnya, terhimpun di bawah tiang lampu yang remang. kematian melulu persoalan biasa, selain cinta. diam-diam, lelaki itu melihat dirinya yang lain, melayang menunggang selembar daun, melambai dari arah di mana ia merasa tak akan pernah sampai...
di jalan tak bernama ini, lelaki itu kembali lewat, merasa seperti sunyi yang dikenalnya pada sebuah riwayat. menyapa keheningan," selamat malam..."
26 oktober 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H