Mohon tunggu...
Nazar Ali
Nazar Ali Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Negara Korban "Hoaks" Larangan Asbes

3 April 2018   12:45 Diperbarui: 3 April 2018   22:34 2852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riset ini menggunakan data konsumsi asbes dari tahun 1950 sampai 2013 yang dilaporkan di US Geological Survei (USGS) dengan fokus pada negara-negara yang mengkonsumsi lebih dari 250.000 ton pertahunnya. Jangka waktu puncak konsumsi (peak consumption) asbes di negara tersebut menjadi fokus kajian termasuk waktu-waktu transisi menuju penggantian asbestos. Nilai PDB negara-negara diambil dari data PDB yang dilaporkan badan PBB. Untuk data negara-negara yang telah melarang asbestos diambil dari data laporan Internasional Ban Asbestos (IBAS). Secara khusus, penelitian tersebut menggunakan metode analisis ekonometrik

Lucy P. Allen, Jorge Baez, M. Elizabeth, Ken Takahashi dan Frank George dalam penelitian  "Trends and the Economic Effect of Asbestos Bans and Decline in Asbestos Consumption and Production Worldwide" juga menganalisis lebih jauh tentang provinsi Quebec, Kanada, yang merupakan produsen (tambang) asbestos.

Kanada sendiri sebelumnya adalah negara yang masuk dalam jajaran penambang serta pengimpor asbes dan Kanada sekarang telah melarang tambang, impor dan penggunaan asbes. Hasilnya, tidak ditemukan dampak negatif terhadap PDB regional Quebec setelah tambang ditutup. Jumlah pekerja di Eastrie (salah satu daerah di Quebec) yang awalnya 156.000 orang, menurun menjadi 147.000 orang saat tambang ditutup. Begitu pula yang terjadi di Chaudire-Appalaches terjadi penurunan jumlah pekerja dari 226.000 menjadi 219.000 orang. Namun dalam waktu 2 tahun employment rate kedua daerah tersebut kembali pada kondisi awal sebelum penutupan.

Di Italia, tambang dan industri konsumen asbesnya hanya hanya memperlihatkan 3% pengaruh dari total PDB saat tambangnya ditutup. Pada tingkat regional pun tidak ada perbedaan signifikan dari jumlah pengangguran sementara, walaupun tidak dipelajari lebih jauh dampak dari faktor pendorong dari pemulihan pengangguran sementara ini.

Pengamatan implikasi PDB dari pelarangan asbes di suatu negara memang tidak dilakukan secara spesifik menggunakan variabel-variabel pembentuk PDB dalam penelitian tersebut. Namun dalam kesimpulannya penelitian tersebut mengatakan konsumsi atau produksi asbes tidak mempengaruhi PDB secara signifikan.

Pasar internasional untuk asbes telah terus menyusut, baik kuantitas yang terjual maupun jumlah negara penghasilnya. Produksi dan konsumsi asbes tahunan di seluruh dunia telah menurun sejak mencapai puncaknya pada tahun 1980, sekitar 4,8 juta metrik ton.

Pada tahun 2000 secara internasional produksi tahunan asbes dan konsumsi turun menjadi sekitar 2,0 juta metrik ton, dan tetap bertahan dalam dekade yang sama. Jika pada tahun 1980, terdapat 20 negara yang memproduksi asbes dan 90 negara yang menjadi konsumen. Tahun 2013, produsen asbes hanya tersisa 6 negara (Rusia, China, Brazil, Kazakhstan, India dan Argentina. Tahun 2017, Mahkamah Agung Brazil memutuskan untuk melarang asbes secara total. Namun faktanya Indonesia masih menerima (impor) bahan asbestos hingga tahun 2018 ini.   

Pada kasus Quebec, mungkin saja ada perubahan populasi/migrasi atau intervensi pemerintah dalam memulihkan dampak dari pelarangan asbes. Maka dalam suksesnya Kanada menghentikan asbestos, strategi Kanada dapat menjadi pertimbangan untuk negara lain yang masih mengunakan asbes.

Terutama Indonesia. Indonesia memiliki kesempatan dimana ia hanya sebagai negara pengimpor bahan mentah dan sedikit sekali menjadi eksportir produk atap asbes. Sedangkan Kanada memiliki semuanya. Sehingga harusnya tidak ada keraguan untuk memulai transisi menjauhi asbes bagi Indonesia.

Waktu yang dibutuhkan negara untuk bertransisi juga beragam. Inggris yang mencapai puncak konsumsnyai di tahun 1960, membutuhkan waktu 25 tahun sebelum akhirnya melarang total. Hungaria membutuhkan waktu 14 tahun. Sementara Chili, hanya membutuhkan waktu 4 tahun dari 1995.

Indonesia jangan sampai terus mengunyah hoax pelindung industri asbestos yang sangat membahayakan masyarakat. Komitmen pemerintah untuk memerangi hoax harusnya juga menyasar para pelaku penyesatan informasi bahaya asbes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun