Berkeringat adalah proses alami yang sangat penting bagi tubuh manusia untuk mengatur suhu. Ketika tubuh panas, baik karena aktivitas fisik atau suhu lingkungan, kelenjar keringat memproduksi cairan yang sebagian besar terdiri dari air, elektrolit, dan protein. Menariknya, keringat itu sendiri sebenarnya tidak berbau. Bau tidak sedap yang sering kita asosiasikan dengan keringat, terutama di daerah ketiak, muncul sebagai akibat dari aktivitas metabolisme bakteri yang hidup di kulit.
Ketika keringat bercampur dengan bakteri di kulit, terutama di area seperti ketiak, bakteri memecah protein dalam keringat menjadi asam, yang kemudian menghasilkan bau badan. Ini adalah fenomena yang sangat umum dan normal, tetapi bisa menjadi masalah yang memalukan bagi banyak orang. Maka dari itu, deodoran dan antiperspiran menjadi solusi yang sangat populer untuk mengatasi bau badan.
Deodoran adalah produk yang dirancang khusus untuk mengatasi masalah bau badan dengan mengurangi jumlah bakteri di kulit serta menutupi bau yang tidak sedap. Terdapat tiga komponen utama dalam deodoran. Yang pertama zat antibakteri, zat ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Kadang-kadang, zat ini dicampur dengan acidifier, yang membuat deodoran lebih asam dan kurang ramah bagi bakteri.
Yang kedua enyerap bau, bahan penyerap bau digunakan untuk menetralisir bau yang dihasilkan oleh bakteri pada keringat. Yang ketiga parfum atau wewangian komponen ini digunakan untuk memberikan aroma yang menyenangkan dan menutupi bau badan yang tidak diinginkan.
Dengan kombinasi ini, deodoran efektif dalam menjaga area ketiak tetap segar dan bebas bau sepanjang hari. Namun, deodoran hanya mengurangi bakteri dan bau, tidak mengurangi produksi keringat itu sendiri.
Berbeda dengan deodoran, antiperspiran dirancang untuk mengurangi produksi keringat. Seperti namanya, antiperspiran mencegah perspirasi atau keringat. Komponen utama dalam antiperspiran adalah garam aluminium. Garam aluminium bekerja dengan cara yang unik, ketika bereaksi dengan keringat, mereka larut dan masuk ke dalam kelenjar keringat. Di dalam kelenjar, garam aluminium membentuk struktur yang disebut garam presipitasi yang menutupi kelenjar keringat. Tubuh kemudian mendeteksi bahwa kelenjar keringat tersumbat dan mengurangi produksi keringat. Sumbatan ini bisa bertahan hingga 24 jam, tetapi akan hilang perlahan-lahan.
Banyak produk modern menggabungkan fungsi deodoran dan antiperspiran, menawarkan perlindungan ganda dengan mengurangi keringat dan juga bau. Namun, ada kekhawatiran mengenai penggunaan garam aluminium dalam antiperspiran.
Ada klaim yang menyatakan bahwa penggunaan garam aluminium dalam deodoran atau antiperspiran dapat menyebabkan kanker. Klaim ini terutama relevan untuk antiperspiran karena tidak semua deodoran mengandung garam aluminium. Dasar dari klaim ini adalah hasil studi dari National Center for Biotechnology Information yang menunjukkan adanya aluminium dalam sel kanker payudara. Namun, penting untuk dicatat bahwa jumlah aluminium dalam sel kanker tidak berbeda dengan jumlah dalam sel payudara normal.
Selain itu, ada dugaan bahwa aluminium dapat bertindak mirip dengan hormon estrogen, yang diketahui dapat mendukung pertumbuhan sel kanker payudara. Namun, menurut National Cancer Institute, bukti ini masih belum konkret dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keterkaitan langsung antara penggunaan antiperspiran yang mengandung aluminium dan risiko kanker payudara.
Aluminium juga menjadi perhatian khusus bagi individu dengan masalah ginjal. Terlalu banyak aluminium dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit tulang atau demensia, karena ginjal yang sehat biasanya akan menyaring kelebihan aluminium keluar dari tubuh. Namun, bagi mereka dengan fungsi ginjal yang lemah, kemampuan ini berkurang. Oleh karena itu, Food and Drug Administration (FDA) mewajibkan produsen antiperspiran untuk mencantumkan peringatan khusus bagi penderita penyakit ginjal pada produk mereka.