Mohon tunggu...
Nayya Illahinsyah Santoso
Nayya Illahinsyah Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang tertarik akan dunia jurnalis dan kepenulisan. Utamanya topik sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Patriarki: "Budaya" Kebanggaan Indonesia

27 Juni 2024   17:25 Diperbarui: 27 Juni 2024   17:27 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Patriarki, mungkin beberapa dari masyarakat masih asing dengan istilah ini. Patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menjadikan pria sebagai pemeran utama dalam kehidupan sedangkan peran wanita tidaklah sebesar pria, oleh karena itu banyak sekali masyarakat yang lebih mendambakan memiliki seorang anak laki-laki daripada seorang anak perempuan.

Sistem seperti ini sangatlah tidak etis dan tidak adil kepada kaum wanita, sebab masuk pada contoh kecilnya saja seorang pria dan wanita menikah kemudian memiliki anak maka hampir semuanya yang mengurus hal tersebut adalah seorang ibu, padahal anak juga membutuhkan peran seorang ayah. Mereka selalu berdalih “loh itu kan tugas seorang istri, suami mah sudah capek kerja cari nafkah. Wajar istri yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dan urus anak!” perkataan seperti inilah yang kerap terdengar di masyarakat kita. Padahal menjadi ibu rumah tangga juga sama melelahkannya. 

Jika diibaratkan dengan profesi, maka ibu rumah tangga hampir merangkap semua itu contohnya seorang ibu memasak maka itu profesi seorang chef, seorang ibu harus bisa bersih-bersih rumah maka itu profesi cleaning service, seorang ibu harus pintar mengelola keuangan maka itu profesi bendahara, seorang ibu harus bisa mengajari anaknya maka itu profesi seorang guru dan masih banyak lagi. Para ibu rumah tangga tentu bisa saja menuntut lebih kepada para suaminya, tetapi karena sistem patriarki inilah para ibu rumah tangga mengira bahwa itu semua memang kewajibannya, padahal seorang suami seharusnya juga bisa membantu pekerjaan rumah tangga.

Tidak sampai disitu acapkali sering terdengar perkataan “Buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya juga sumur (mencuci pakaian), dapur (memasak), dan kasur (melayani kebutuhan seksual suaminya). Nanti kalau terlalu tinggi gaada yang cowok yang mau loh.” Hal-hal seperti inilah yang membuat para perempuan sering mengorbankan mimpinya karena pengaruh dari masyarakat yang pemikirannya masih saja kolot seperti itu. Padahal adanya peringatan Hari Kartini ialah memperingati jasa R.A. Kartini yang telah memperjuangkan hak-hak emansipasi perempuan di Indonesia, maka tidak seharusnya di era modern saat ini masih ada stigma bahwa perempuan tidak boleh lebih tinggi daripada laki-laki.

Perempuan berhak untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, perempuan tentu berhak untuk memiliki impian dan cita-cita yang diinginkan, perempuan juga sangat berhak untuk menentukan pilihan akan kebaikan hidupnya. Dunia sudah sangatlah modern, dengan adanya kerjasama antara pria dan wanita bukankah lebih indah untuk diwujudkan? Sistem patriarki jika dihapuskan juga tidak akan merugikan para pria, justru jika patriarki dihapuskan para pria bebas untuk menunjukkan sisi lemah mereka seperti menangis jika bersedih, sebab selama ini sistem patriarki pun membentuk para pria tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya sama sekali walaupun dalam keadaan sehancur apapun (toxic masculinity). Padahal hakikatnya semua manusia baik pria maupun wanita sangat wajar jika sedang sedih menumpahkan air matanya.

Adanya tulisan ini tidaklah dibuat untuk membenci para kaum pria, tulisan ini adalah bentuk ungkapan bahwa pria dan wanita berhak terbebas dari dampak patriarki. Adanya sistem patriarki lebih banyak mendatangkan keburukan bagi masyarakat khususnya para perempuan yang paling merasakan dampak buruk dari patriarki ini. Harapannya masyarakat Indonesia perlahan dapat terlepas dari Sistem Patriarki ini, percayalah akan terasa lebih indah apabila pria dan wanita saling merangkul dan bekerja sama daripada salah satu diantara mereka berada di atas maupun di bawah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun