Kalian pasti udah gak asing sama kasus pembullyan kan? iya kasus yang nakutin itu. Kasus pembulian akhir-akhir ini lagi marak banget loh di Indonesia, kalian pun bisa dengan mudah mencari informasi mengenai kasus pembulian  di media sosial.Â
Dilansir dari news.republika.co.id menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) hingga Agustus 2023 terdapat 87 kasus pembulian dimana sang korban adalah anak-anak. Tapi sebelum lebih jauh apa sih yang dimaksud pembullyan itu? bullying berasal dari bahasa Inggris yaitu bully yang berarti menggertak. Sehingga Bullying merupakan tindakan mengganggu atau menggertak orang lain secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu seseorang.Â
Tentu saja banyak faktor-faktor yang mendorong pelaku melakukan pembullyan, diantaranya ada faktor internal dan eksternal. menurut Simbolon, M. (2012) Dalam faktor internal itu ada karakteristik kepribadian anak, kekerasan pada masa lalu serta sikap orang tua yang memanjakan anak sehingga tidak membentuk kepribadian anak itu menjadi matang. Sedangkan dalam faktor eksternal terdapat lingkungan sosial anak dalam bergaul dan berinteraksi dengan temannya.
Nah kok bisa ya perilaku orang tua dapat menyebabkan seseorang menjadi pelaku pembullyan? Keluarga merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan seseorang melakukan pembullyan. Bisa karena pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan anak sehingga anak tersebut tidak memiliki kepribadian yang matang.Â
Pengalaman anak bersama orang tua ataupun pola asuh dalam keluarga berperan penting dalam membentuk kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan bagaimana cara sang anak dapat berinteraksi dengan anak lainnya.Â
Lalu ada juga faktor dari keharmonisan keluarga, biasanya salah satu penyebab pelaku menjadi seorang pembully adalah keluarga yang tidak harmonis. Seperti pola asuh orang tua yang keras sehingga menghukum anak secara berlebihan sehingga situasi tersebut tidak dirasa nyaman dan aman bagi sang pelaku.Â
Menurut Zakiyah (2017) seorang anak sering kali meniru apa yang orangtuanya lakukan sehingga apabila orang tua menghukum sang anak dengan berlebihan atau pertengkaran orang tua mengakibatkan sang anak menirunya dan melakukan hal serupa pada temannya.
Analisis dalam teori interaksionalisme simbolik menjadi salah satu teori yang dapat kita ambil  dalam faktor keluarga menjadikan anak sebagai pelaku bullying. Teori ini yakni memusatkan diri sendiri pada interaksi alami atau yang dibuat terjadi antara individu dalam masyarakat dan sebaliknya. Interaksi yang muncul berkembang lewat simbol-simbol yang diciptakan, meliputi gerak tubuh, gerak fisik, ekspresi hingga dilakukan dengan sadar.Â
Faktor keluarga yang mendidik pembentukan pertumbuhan anak sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, jika anak tumbuh dalam keluarga yang tidak baik seperti perilaku kekerasan, anak mungkin menganggap kekerasan sebagai simbol yang menganggap hal itu dapat ditiru. Anak yang memiliki Orang tua berperilaku mengintimidasi atau menyalahgunakan kekuasaan mereka mungkin belajar untuk meniru perilaku tersebut.Â
Oleh karena itu, tak aneh apabila kita mengatakan keluarga merupakan salah satu faktor penyebab anak menjadi seorang pembully. Karena pada dasarnya anak hanya mengikuti apa yang telah diajarkan dan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Sehingga pola asuh dan perilaku orang tua sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku sang anak. oleh sebab itu penting bagi orang tua mempelajari parenting yang baik bagi anaknya sehingga anaknya tumbuh dan berkembang dengan kepribadian yang baik.Â
Penulis : Arini Puspa Wardani dan Naylla Rachma Edhisty