Peran utama ahli gizi adalah memberikan konseling, penyuluhan serta asuhan gizi kepada masyarakat. Ahli gizi juga bisa menentukan dan asupan yang tepat bagi pasien tanpa komplikasi tertentu.
Epidemiologi merupakan bagian dari ilmu gizi. Karena itulah, seorang ahli gizi akan mempelajari penyebaran penyakit terkait gizi dan berbagai faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia. Dalam bidang kesehatan, epidemiologi mempunyai peranan yang cukup besar karena hasilnya dapat digunakan untuk:
Mengadakan anlisis perjalanan penyakit di masyarakat serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau manusia
-
Mendeskripsikan pola penyakit pada berbagai kelompok masyarakat
Mendeskripsikan hubungan antara dinamika penududuk dengan penyebaran penyakit
Peran ahli gizi di bidang epidemiologi sangat dibutuhkan keberadaannya. Hal ini dikarenakan, epidemiologi menggunakan analisis masalah gizi masyarakat. Terutama yang berkaitan erat dengan berbagai faktor menyangkut pola hidup.
Konsultasi ke ahli gizi juga perlu jika anda telah didiagnosis penyakit sebagai berikut:
1. Diabetes
Data International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia, dan menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 kematian setiap 5 detik. IDF pada 2021 juga menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi ke-5 dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta, prevalensi diabetes sebesar 10,6 persen. Sementara itu ada anjuran Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang konsumsi gula per orang per hari yakni 10 persen dari total energi (200 kkal). Konsumsi tersebut setara gula 4 sendok makan atau 50 gram per orang per hari.
2. Anemia
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa dialami oleh balita, remaja, ibu hamil bahkan usia lanjut. Jika dilihat dari hasil Riskesdas pada tahun 2018, tercatat sebesar 26,8% anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32% pada usia 15-24 tahun.Kekurangan gizi adalah penyebab anemia yang mencapai persentasi sekitar 85,5% yang ditandai dengan adanya gangguan sintesis hemoglobin. Di Indonesia banyak remaja yang tidak membiasakan sarapan dan kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi mencapai 50%, oleh sebab itu remaja di Indonesia mudah menderita anemia.
3. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
4. Kolesterol tinggi
Kolesterol tinggi dapat diartikan ketika seseorang memiliki terlalu banyak zat lemak dalam darah. Di Indonesia, penderita kolesterol bisa dibilang cukup tinggi, yaitu mencapai 28%. Lebih mengejutkan lagi, ternyata 7,9% orang di dunia meninggal akibat penyakit ini. Jika terlambat diatasi, kolesterol tinggi memang akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Dengan meningkatkan peran dan jumlah ahli gizi epidemiologi, Indonesia dapat menghadapi tantangan ini secara lebih efektif dan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Lebih dari itu, ahli gizi epidemiologi turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam mengakhiri kelaparan, meningkatkan gizi, dan menjamin kehidupan sehat bagi semua orang. Dengan dukungan mereka, Indonesia dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan berdaya saing di masa depan.