Mohon tunggu...
Nayla Rizka Akmaliyah
Nayla Rizka Akmaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengembangkan Kampanye Kesadaran: Mengedukasi Masyarakat tentang Etika Mengantre dalam Kehidupan Sehari-hari

3 Desember 2024   11:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:33 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bermasyarakat adalah salah satu aspek yang berdampingan dengan kehidupan. Sehari- hari kita seringkali dipertemukan dengan keadaan yang mengharuskan untuk menunggu atau mengantre untuk mendapatkan sesuatu, mengantre adalah salah satu cara untuk kita saling menghargai dalam hidup bermasyarakat. Mengantre atau menunggu giliran berarti sebuah aspek yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari. Situasi ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti mengantre di kasir supermarket hingga menunggu giliran di rumah sakit. Meskipun terlihat sepele, etika budaya mengantre ini mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk karakter masyarakat kita.
Pentingnya budaya mengantre ini penting dalam budaya kita, prinsip dasar dari mengantri ini seperti rasa sabar, menghormati orang lain, dan kepatuhan hukum merupakan hal yang bijak. Etika budaya mengantre tidak hanya baik untuk individu secara pribadi saja, tetapi juga berdampak pada masyarakat secara keseluruhan. Penyimpangan etika dalam mengantre, seperti menyusupi antrian atau berperilaku tidak sopan dapat mengganggu suasana ketentraman di tempat umum. Hal tersebut dapat menyebabkan perasaan tidak setara dan tidak nyaman bagi yang berada di antara mereka yang sedang dalam antrean.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, saya tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi etika mengantre. Seperti contoh ketika mahasiswa membeli makanan di kantin, mereka antre dan berbaris sesuai urutan untuk memesan dan mendapatkan makanan yang mereka pesan. Aspek baik ini hendaknya selalu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, tetapi masih banyak sekali orang yang menyepelekan akan hal itu.
Unsur-unsur yang melandasi budaya antre meliputi unsur minat dan kebutuhan, unsur keterbatasan, dan unsur kesepakatan. Unsur minat dan kebutuhan adalah bahawa antre diakibatkan oleh kesamaan tujuan dari orang-orang. Kesamaan ini dapat terjadi dalam satu waktu yang sama dan terdapat keterbatasan sumber daya dari pelayanan yang menyebabkan adanya unsur keterbatasan. Unsur kesepakatan dalam budaya mengantre ditujukan dengan adanya kesepakatan yang harus ditaati, baik tertulis maupun tidak tertulis bahwa pelayanan diberikan kepada orang yang telah datang terlebih dahulu.
Peran dan pengawasan orang tua menjadi hal yang penting dalam perkembangan perilaku anak dalam bersosial, karena perkembangan sosial adalah proses untuk anak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meski perkembangan sosial anak tergantun dari individu masing-masing anak sendiri, tetapi peran orang tua dan pendidik sanbgat diperlukan supaya anak dapat berinteraksi dengan baik. Pembelajaran karakter anak sejak dini wajib untuk dilakukan, seperti membiasakan hal kecil untuk menghargai orang lain seperti mengucapkan kata "maaf, tolong, makasih". Meskipun terlihat biasa dan sangat mudah untuk dikatakan, tetap[i nyatanya tidak semua orang bisa melakukannya.
Salah satu masalah utama yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat adalah kurang pahamnya etika antre. Terkadang orang acuh terhadap norma yang seharusnya mereka ikuti dalam situasi antrean. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan kekacauan dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini juga dapat memicu pertikaian dan kebencian antara individu yang merasa tidak adil diperlakukan. Pada dasarnya ketidakpatuhan terhadap etika adalah merusak tatanan sosial. Hal tersebut dapat menyebabkan kerugian dari banyak pihak. Dapat kita lihat dalam kehiduapan sehari-hari, misal dalam transportasi umum seperti bus dan kereta, kurangnya pemahaman etika mengantre dapat menyebabkan kerumunan saling dorong mendorong. Dan orang yang mengantre merasa tidak nyaman dengan orang yang mengabaikan aturan-aturan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya kenyamanan perjalanan dan menciptakan ketegangan di antara penumpang.
Kebiasaan dari mengantre dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat untuk melatih emos, ketertiban, kejujuran, dan kedisiplinan. Pada prinsipnya mengantre adalah orang yang datang terlebih dahulu memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan terlebih dahulu, apabila orang tersebut menyerobot, artinya dia merampas hak orang lain. Mengantre adalah hal paling sederhana yang dapat dilakukan dalam bermasyarakat, namun tidak semua orang sanggup melakukannya. Semakin maraknya ketidak pedulian terhadap kedisiplinan etika dan toleransi dapat menjadikan perilaku kebiasaan. Oleh karena itu hendaknya melatih dan menanamkan kedisiplinan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun