Bonus demografi adalah masa di mana penduduk usia produktif ( 15 -- 64 tahun ) akan lebih besar dibanding usia non produktif ( 65 tahun ke atas ) dengan proporsi lebih dari 60 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( Dukcapil ) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275, 36 juta jiwa pada Juni 2022. Dari jumlah tersebut, ada 190, 83 juta jiwa ( 69, 3 % ) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif ( 15 -- 64 tahun ) . Terdapat pula 84, 53 juta jiwa ( 30, 7 % ) penduduk yang masuk kategori usia tidak produktif. Rinciannya, sebanyak 67, 16 juta jiwa ( 24, 39 % ) penduduk usia belum produktif ( 0 -- 14 tahun ) dan sebanyak 17, 38 juta jiwa ( 6, 31 % ) merupakan kelompok usia sudah tidak produktif ( 65 tahun ke atas ). Dengan komposisi jumlah penduduk tersebut di atas, maka rasio ketergantungan/beban tanggungan ( depency ratio ) adalah sebesar 44, 3 %. Hasil tersebut diperoleh dari jumlah penduduk usia tidak produktif dibagi jumlah penduduk usai produktif. Angka ketergantungan sebesar 44, 3 %, artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sebanyak 44 -- 45 jiwa penduduk usia produktif. Maka dari itu Indonesia saat ini sedang menikmati era bonus demografi.
Akan tetapi, dengan adanya era bonus demografi di Indonesia saat ini maka tidak menentukan dan menjamin jika seluruh penduduk yang termasuk kategori usia produktif dapat mendapatkan pekerjaan yang pasti dan terjamin. Sebenarnya jika Indonesia dapat memanfaatkan era bonus demografi ini dengan baik maka banyak sekali manfaat yang bisa menghasilkan kesejahteraan rakyat, tetapi dengan adanya era bonus demografi ini maka seharusnya Indonesia harus benar benar menyiapkan penduduk yang termasuk kategori usia produktif dengan cara meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia sehingga menciptakan Masyarakat yang Memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif. Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat.
Selain harus menciptakan Masyarakat yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif. Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat, Indonesia juga harus menyediakan lapangan kerja yang luas. Mengapa? Karena jika Indonesia hanya menciptakan Masyarakat yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif. Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat tetapi tidak memiliki lapangan kerja yang luas maka akan sangat disayangkan karena akan terjadinya kepadatan penduduk dan jumlah pengangguran di Indonesia. Hal itu pun juga menjadi salah satu dampak negatif bagi Indonesia karena tidak dapat memanfaatkan era bonus globalisasi dengan sebaik baiknya.
Referensi :
https://www.antaranews.com/berita/3587931/bkkbn-indonesia-kini-sedang-menikmati-bonus-demografi
https://pusdeka.unu-jogja.ac.id/artikel/bonus-demografi-sebab-peluang-dan-tantangan/
https://bakai.uma.ac.id/2022/07/02/apa-itu-bonus-demografi-dan-bagaimana-dampaknya/
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H