Mohon tunggu...
Nayla Aulia Deviana
Nayla Aulia Deviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemerhati Seni Digital

Merupakan Mahasiswa Universitas Padjadjaran Prodi Ilmu Komunikasi K. Pangandaran. Memiliki minat pada dunia seni khususnya menggambar dan dunia sastra seperti menulis cerita serta menciptakan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Artificial Intellegence pada Komunitas Seniman Digital

30 Oktober 2024   12:03 Diperbarui: 31 Oktober 2024   01:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan anda baru saja menyelesaikan karya seni anda, karya tersebut butuh waktu selama berbulan-bulan hingga akhirnya mencapai hasil yang sempurna. Namun, dalam hitungan beberapa menit ada seseorang yang menggambil karya anda kemudian mengklaim karya tersebut sebagai karya mereka kepada banyak orang. Bagaimanakah perasaan anda? Rasanya tidak etis bukan, mengambil karya orang lain tanpa izin lalu mengambil kredit atas karya tersebut? Begitulah hal yang menjadi tantangan pada komunitas menggambar digital. Banyak orang yang salah memanfaatkan artificial intellenge dalam pembuatan karya seni. Karya seni merupakan hasil dari ide manusia dan "karya" buatan artificial intellegence tidak masuk ke dalam kategori tersebut.

Bagaimana orang-orang bisa sampai salah dalam pemanfaatan teknologi artificial intellegence? Semudah mengetikan beberapa kata yang disebut prompt dan muncul beberapa hasil gambar, kemudian mengunggah gambar tersebut ke media sosial dan mengambil klaim atas kepemilikikan gambar tersebut. Kalimat "teknologi mempermudah segalanya" sangat nampak jelas dalam konteks ini. Alih-alih belajar caranya menggambar dan menciptakan karya, orang-orang yang salah memanfaatkan artificial intellegence malah mencari jalan instan untuk membuat karya mereka.

Tindakan miris ini semakin diperparah dengan tingkah laku para pelaku yang menyetarakan diri mereka seperti seniman lainnya. Mereka merasa penggunaan artificial intellegence pada konteks ini adalah hal yang sah-sah saja dan merupakan hal yang sama dengan apa yang dilakukan seniman lainnya. Disaat orang lain bersusah payah membuat karya mereka dalam waktu yang tidak singkat serta memerlukan banyak keahlian yang mereka capai dan merupakan hasil dari kemampuan yang telah mereka latih, pelaku pengguna artificial intellegence yang hanya mengetikan beberapa kata pada prompt tentu tidak bisa disetarakan usahanya.

Fenomena "Seniman" Artificial Intellegence

Layaknya suatu perdebatan, fenomena ini menimbulkan dua kubu, yakni kubu pro dan kontra pada AI Art. Contoh kasusnya adalah @RogerHaus pada platform X, ia memposting gambar seorang perempuan dan seekor kucing hitam. Postingan ini mendapat disukai 148 ribu orang dan 1.200 komentar yang datang dari masing-masing sisi, ada beberapa pengguna yang mensupport apa yang Roger posting dan ada pula yang membencinya hingga menimbulkan tren "AI HATE" dengan menggambar hal yang sama dengan apa yang Roger poster tetapi dari berbagai versi dan tentunya merupakan hasil dari karya buatan manusia.

@RogerHaus (X)
@RogerHaus (X)

Tren
Tren "AI HATE" pada komentar @RogerHaus (X)

Juga pada platform yang sama di tanggal 23 mei 2024, akun dengan username @petravoice mengunggah sebuah tweet dengan caption "art vs artist" yang kemudian menuai banyak komentar dari masing-masing sisi pula. Petra adalah contoh seorang "seniman" yang salah dalam pemanfaatan artificial intellegence. Dalam postingan tersebut ada orang-orang yang memuji hasil "karya" petra dan ada juga yang mengatakan bahwa apa yang Petra hasilkan bukanlah suatu karya. Contohnya pada komentar dari @Bweefi "get outta here you're not an artist when you use ai generated imaged" jika diartikan menjadi "kamu bukanlah seorang seniman jika kamu menggunakan  gambar yang dihasilkan ai". Banyak dari postingan Petra yang memiliki gaya yang mirip, hal ini menimbulkan pertanyaan, siapakah seniman asli yang memiliki gaya menggambar seperti itu?  Miris bila dibayangkan seorang seniman yang telah susah melatih keahliannya, akhirnya tidak mendapat atensi yang seharusnya mereka dapatkan atas karyanya, malah seseorang yang hanya mengetikan beberapa kata dan mengaku menjadi seorang seniman yang mendapat banyak perhatian dari internet.

@petravoice (X)
@petravoice (X)

Greg Rutkowski, merupakan seniman asal Polandia yang memiliki gaya dalam menggambar yang unik dan namanya menjadi populer digunakan untuk membuat prompt di artificial intellegence. Contohnya coba anda ketikan prompt "naga terbang dan kastil di belakangnya Greg Rutkowski" di mesin penghasil gambar artificial intellegence, maka akan keluar gambar seperti yang telah diketikkan pada prompt dan gambar tersebut memiliki gaya yang Rutkowski biasa gambarkan. Dikutip dari technologyreview.com pada artikelnya yang berjudul "This artist is dominating AI-generated art. And he's not happy about it" Rutkowski mengatakan "It's been just a month, what about in a year? I probably won't be able to find my work out there because (the internet) will flooded with AI art, that's concerning". Pernyataan tersebut seperti mimpi buruk bagi para seniman, saat karya mereka terlalu banyak di salin oleh AI hingga saat dicari di mesin pencarian Google kebanyakan yang muncul bukan lagi karya mereka, melainkan karya AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun