Hutanku Tanggung Jawabku

Miris, pada tahun pada tahun 2019 terbakar 1,6 hektar hutan dan lahan yang setara dengan 27 kali luas wilayah DKI Jakarta (greenpeace,22 oktober 2020). Ini hanya yang tertagkap oleh pihak yang berwajib, dan sebenarnya aksi dan kasus seperti ini lebih banyak lagi.  Dan pasti setiap tahun akan terlang lagi.

Di zaman ini, ketegasan pemerintah sangat diperlukan, kegilaan terhadap harta bisa menjatuhkan manusia pada perilaku yang rendahan. Menusia yang seharusnya bisa hidup berdampingan dengan alam liar justru mereka merusaknya, hanya demi menjalankan perusahaannya.

Semua itu terjadi karna kita hidup pada sistem kapitalisme yang emandang bahwa pemegang modal adalah yang memiliki segalanya. Meskipun Allah dan pemerintah melakukan pelarangan penebangan dan pembakaran hutan secara liar, tetapi jika pemilik modal mau maka mereka akan melakukan apapun yang mereka mau. Perusakan hutan juga bukanlah berita baru bagi masyarakat Indonesia. Pemikiran rusak tentang kekuatan uang ini sudah merusak akal sehat manusia. Ketika memiliki uang dirasa bisa membeli apapun yang mereka mau, menunjukkan tingkat kerusakan hutan yang akan rusak pula nanti di masa depan.

Masyarakat pun sudah luntur rasa cintanya terhadap lingkungan sekitar. Mau mencampuri, tetapi mereka lebih memiliki modal ditambah lagi tak adanya ketegasan dari pemerintah itu sendiri. Kurangnya ketegasan pemerintah di sistem kapitalisme ini, menumbuhkan mindset yang salah kiprah.

Ini berbeda dimana nanti sistem islam akan hadir dan memberikan manfaat bagi seluruh alam, jelas-jelas perusakan lingkungan adalah perbuatan keji yang dilarang oleh Allah. Negara islam akan enutup aapat-rapat orang yang tak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Caranya adalah dengan mengganti mindset masyarakat tentang uang dan menutup semua akses manusia-manusia jahat itu. Memberikan Pendidikan tentang alam luas dan memberikan Kawasan yang boleh digarap secara gratis.

Nayla