Mohon tunggu...
Nayla MansyudahKafana
Nayla MansyudahKafana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa kedokteran

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Balik Lolos Menjadi Mahasiswa Kedokteran, Ada Doa dari Orang Tua

20 Mei 2023   18:38 Diperbarui: 20 Mei 2023   18:40 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjadi mahasiswa kedokteran awalnya bukanlah mimpi saya, karena saya sendiri orang yang menyukai dunia artistik dan juga senang untuk menggambar. Bagi saya sendiri dulu, menggambar ialah aktivitas yang menyenangkan sebab hal itu mengasah otak saya untuk tetap berkreasi. Dengan menggambar saya berasa kekreatifan saya terus terasah karena saya selalu berfikir tentang gambar apa yang harus saya gambar, dan warna apa yang seharusnya diwarnai dalam sebuah komponen gambar. Mungkin dengan begitu bisa dikatakan bahwa menggambar merupakan salah satu hobi saya yang saya gemari sejak lama.

Saya sendiri bukanlah orang yang terlalu pintar, bisa dikatakan pintar saya masih seperti orang pada umumnya. Mendaftar menjadi mahasiswa kedokteran melalui jalur SNMPTN awalnya juga dipenuhi dengan rasa pesimis, sebab mengingat sekolahan saya yang baru berdiri baru 2 tahun lamanya. Mengingat stigma kebanyakan orang bahwa mendaftar SNMPTN juga dipengaruhi oleh kualitas sekolah kita, rasa pesimis itu juga semakin kencang mengingat sekolah saya saya swasta dan usianya yang masih seumur jagung itu. Begitu juga dengan nilai-nilai pembelajaran saya selama di sekolah, saya tak mendapat nilai rata-rata di atas 90 sampai 100. Namun entah mengapa tekad untuk mendaftar sebagai mahasiswa kedokteran tidaklah putus. Dokter sendiri merupakan profesi yang mulia dan menjadi garda terdepan dalam menangani dunia kesehatan, alasan seperti itu yang membuat saya tergerak untuk menjadi dokter. Keinginan yang besar untuk menolong orang lain menjadi alasan utama saya untuk tetap kekeh menjadi mahasiswa kedokteran.

Mengingat pada waktu kecil saya pernah sedikit melamun bagaimana menyenangkannya ketika orang menjadi dokter, karena dokter selalu dibutuhkan oleh siapapun dan merupakan profesi yang tidak tergerus oleh zaman. Dengan bermodalkan tekad yang besar dan tak terkecuali ridho serta doa orang tua, tak disangka-sangka saya lolos dalam seleksi SNMPTN. Waktu pengumuman kelolosan tersebut saya sendiri berfikiran bahwa dunia sedang berpihak kepada saya, sebab Fakultas Kedokteran yang dikenal dengan mahasiswa-mahasiswa yang pintar dan ternyata saya sendiri bisa menjadi bagiannya. Rasa syukur kehadirat Allah SWT tidak terputus pada waktu itu, doa dan ridho orang tua juga menjadi faktor terpenting dalam ikut andil lolosnya saya menjadi mahasiswa kedokteran.

Namun kemudian setelah saya menjadi mahasiswa kedokteran, ujian dan cobaan seperti datang secara bersamaan. Saya berfikir bahwa menjadi mahasiswa kedokteran hanya merasakan kesenangannya waktu awal diterimanya saja, namun ketika menjalaninya terasa amat begitu berat. Semenjak menjadi mahasiswa kedokteran, saya merasa banyak yang berubah dari diri saya sendiri. Hal itu seperti perubahan pola jam tidur keseharian, saya menjadi orang yang jam tidurnya berantakkan. Berantakannya jam tidur tersebut tak lain ialah banyaknya tugas dan juga pemahaman saya dalam memahami materi secara mandiri. Mengingat saya sudah bicarakan bahwa saya bukan orang yang terlalu pintar, maka saya sedikit kesulitan dan membutuhkan energi yang lebih dalam memahami materi-materi mengenai kedokteran. Tidak pernah terbayangkan sejak sebelumnya kalua materi kedokteran sangatlah banyak, dan dengan seperti itu menuntut diri saya sendiri untuk belajar setiap malam.

Saya juga merupakan alumni dari salah satu pesantren, dan sejak menjadi mahasiswa kedokteran saya merasa menjadi sering melakukan kebiasaan hidup saya selama di pesantren dulu. Di pesantren dulu saya merupakan orang yang jarang melewati malam hari saya untuk belajar, karena mengingat hafalan-hafalan dan kitab-kitab yang harus saya hafalkan dan pahami. Kebiasaan tersebut ternyata tidak disangka kembali dilakukan sejak menjadi mahasiswa kedokteran. Setiap malam saya selalu mengulang materi mengenai perkuliahan siang tadi, dan tidak jarang juga saya belajar materi-materi yang sudah dijelaskan namun masih belum saya pahami. Kebiasaan tersebut saya lakukan sebab saya tahu tugas dan tanggung jawab seorang dokter tidaklah kecil. Dokter memegang banyak nyawa yang harus ditolong, dan bayangkan jika dokter tidak menguasai materi kedokteran bagaimana dengan nasib-nasib banyak orang yang membutuhkan pertolongannya.

Menjadi mahasiswa kedokteran bukanlah hal yang mudah, namun begitu ini merupakan jalan yang saya pilih dan saya harus bertanggungjawab atas hal yang saya pilih sendiri. Tidak kurang-kurangnya dukungan dan doa orang tua yang selalu membuat saya terdorong untuk segera cepat-cepat menyelesaikan studi saya. Kebahagiaan orang tua akan anaknya menjadi dokter ini merupakan salah satu motivasi terbesar saya, mengingat sejak saat kecil hanya orang tua yang memberikan dukungan secara penuh dan doa yang terus mengiringi dalam setiap langkah saya. Orang tua saya sejak saya kecil selalu berharap agar saya bisa menjadi anak yang berbakti, sukses dunia dan akhirat, serta membahagiakan kedua orang tua. Doa yang begitu besar dari orang tua ternyata bukanlah doa yang biasa saja, doa ini terasa begitu besar terasanya hingga membawa diri saya ini menjadi mahasiswa kedokteran.

Walaupun tidak mudah dalam menjalani perkuliahan ini, namun saya percaya doa orang tua yang dibarengi dengan tekad saya bisa menyelesaikan semua ini. Mengingat pepatah Arab yakni Man Jadda wa Jadda yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Terlebih niat saya dalam menjadi dokter ini adalah untuk menolong banyak orang, karena niat yang baik selalu mendatangkan kebaikan. Saya juga percaya bahwa ketika kita bersungguh-sungguh dalam suatu hal kebaikan, maka Allah akan selalu mendampingi diri kita. Kesulitan menempuh studi ini saya anggap sebagai sebuah proses untuk memperoleh hasil yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun