Tak banyak yang tau, masa pahitnya aku.
Terpuruk menepi dalam gelap dan sunyi.
Apa aku mengeluh? Sudah pasti aku mengeluh, karena ketika ujian itu datang aku hanyalah anak kecil yang masih "buta" melihat dunia dan seisinya bahkan aku sempat marah pada takdir yang terjadi pada hidupku. aku membenci diriku, keadaan dan waktu.Â
Seiring  berlalu, ketika aku merasa aku tidak sendirian. Sebab, nyatanya setiap orang memiliki masalah, mereka juga sedang berjuang melewati fase dalam hidupnya. Malah bisa jadi lebih sulit dan sunyi dari yang ku alami. Kemudian aku berpikir untuk apa terlalu meratapi?
Aku mulai berbesar hati. Menerima ini sebagai ajakan Tuhan untuk naik pada kehidupan yang lebih baik. Walau tetap saja ada air mata yang selalu menemani.Â
Sebuah perjalanan panjang yang seperti roller coaster telah dimulai.
aku boleh teriak sekencang mungkin, aku bebas tertawa atau menangis. Tapi ketinggian dan lemparan keras membuatku takut. Maka aku perlu berpegangan kuat. Pada siapa? Memejam mata aku berkata yakin, Â "Tuhan!"
Aku bangkit.. berjalan tertatih meminta padaNya "kuatkan.. kuatkan ya Allah"
Kemudian aku teringat satu ayat al-quran yang menjadi motivasiku  "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.." (ar-Ra'd: 11). Ayat ini dulunya sering di bahas oleh guruku pada jam beliau ngajar di kelas ketika aku SMA, tapi dulu mana tau, mana bisa sedalam ini mengilhami. Jika belum tepat sampai pada masanya memang sulit untuk mencerna. Kurasa begitulah Tuhan mengingatkan manusia.
Untuk teman-temanku yang bersedih hatinya,
Percayalah.. kalian tidak sendiri.
kita sama, dan bolehkah aku menguatkanmu melalui tulisanku ini.
Oh ya satu lagiÂ
"Rahasia hidup adalah ketika kau tejatuh tujuh kali, maka bangunlah sebanyak delapan kali"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H