Mohon tunggu...
Nayla alfaruq
Nayla alfaruq Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita

24 tahun, suka gerak - gerakin jempol kaki kalau lagi mikir serius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Berubah dari Diriku Setelah Punya Anak

22 September 2015   14:37 Diperbarui: 28 Desember 2019   10:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu ketika aku menatap cermin begitu lama, tidak seperti biasa. Ku amati diriku benar-benar. Ku teliti dari wajah hingga bentuk tubuh yang tak lagi sama seperti saat masih gadis.
Wajahku kusam, karena jarang tersentuh dengan skincare dan make up.
Tubuhku lebih berisi, karena makanku porsi kuli.
Rambutku gimbal, karena kadang lupa menyisir rambut.
Mataku serupa mata panda, karena kerap begadang tengah malam.
Yeahh.. aku seperti zombie.. menakutkan. hhrgghzh!!! Tapi aku happy. Perasaan bahagia menjadi ibu baru adalah pengalaman baru. Ku harap kalian bisa memaklumi jika melihatku, nanti.

Aku berpikir..  Bayi kecilku masih membutuhkan sosok ibu sepenuhnya. Bukan sosok Cinderella bukan pula sosok miss universe. Dia, si kecil hanya butuh ibunya, yang siap ada saat popoknya basah, yang cepat datang saat tangisnya pecah dan yang selalu menjadi tempat ia lelap memejam mata. Tanpa komplain ibunya belum mandi, atau kurang wangi dan lain sebagainya. Kehadiranku tanpa make up ala ratu peri, sudah bisa ia terima sepenuhnya.

Lalu, aku sadar.
Lebih tepatnya aku telah disadarkan. Dari hitung-hitungan sederhanaku.

Dulu, aku menghabiskan 30 menit hanya untuk mandi, lalu 30 menit berikutnya untuk ganti baju dan make up. Sudah 1 jam bukan? belum lagi jika aku masih egois ingin baju selalu rapi. Maka, butuh 10 menit lagi untuk menyetrika baju setiap harinya.
Lalu, waktu untuk memasak? untuk mencuci? untuk mengurusi si kecil? Dan kapan istirahatku?

Aku bukan super mama, bukan ibu-ibu super. aku biasa-biasa saja. Prioritasku adalah si kecil tumbuh dengan baik, ia bisa tumbuh berani walau besar dalam asuhan ibu muda yang biasa-biasa saja.
Aku tidak lagi ingin cantik.
Tidak lagi ingin dipuji karena kecantikanku. Tidak pula ingin menjadi 'berharga' karena kecantikanku.
Yang kumau. Aku bisa menjadi ibu, sebaik-baiknya ibu untuk si kecil. (egoku hahaha)

Bukankah nanti, ketika ia sudah besar. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam merawat diri disalon? nanti aku punya banyak waktu untuk itu.

TAPI.. si kecil ???
ia hanya punya masa kecil sekali. Bahkan nanti aku bisa menghabiskan waktu seumur hidup untuk merawat diri, tapi aku tidak bisa seumur hidup merawat sikecil, karena ia akan tumbuh besar dan merawat dirinya sendiri.

Aku berhenti menatap cermin. Ku akhiri mimpi cinderella karena tidak tepat waktunya.
ku usaikan halusinasi sedang berada di salon memanjakan diri dengan ritual-ritual kecantikan karena sudah saatnya untuk bijak menjadi orangtua

Well.. Aku sudah menjadi seorang ibu.
aku sadar peranku. 24jam tanpa hari libur untuk membersamainya, ikut dalam dunianya, Tanpanya, hidupku dulu sebatas hitam putih dan abu-abu. Kini, menjadi pelangi. warna-warni indah sekali. ahh gak juga kadang malah semrawut hehehe

Maka, Dear kangmas, suamiku tercinta...
Suatu hari jika kau dapati aku kusam, gak wangi, jelek, kucel, bau popok dan bedak belepotan sampai ke telinga. Please read. "Aku senang dandan tapi tidak selalu itu yg kulakukan, aku senang wangi- wangian tapi juga bukan itu yg sedang menjadi prioritas. Aku senang segala hal yg bersih dan rapi. Tapi tidak itu yg sedang aku perlihatkan. Aku hanya tengah menikmati peran merawat si kecil sampai ia tumbuh besar dan menjadikan segala hal yang tertunda untuk saat ini terjawab dengan indah.

Seperti saat dulu, sudah pernah ku katakan "Jika ingin mencari pasangan yang cantik, saya mundur. Tapi kalau mau cari pasangan yang bisa dan bersedia merawat anak-anak dengan baik, SAYA MAJU!!!"
And now, I'll prove it.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun