Dapat kita rasakan di era globalisasi saat ini dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju, membawa pengaruh besar di berbagai bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Kecanggihan yang tidak terbatas ruang maupun waktu telah banyak membantu dari segi efesiensi maupun efektivitas keberlangsungan kehidupan. Kemudahan dalam komunikasi, mengakses informasi, dan segala kemudahan lainnya menimbulkan pengaruh yang tidak hanya positif tetapi negatif bagi kehidupan bermasyarakat maupun jati diri bangsa. Kemajuan teknologi yang memudahkan masuknya budaya-budaya asing ke Indonesia, berpotensi lunturnya nilai-nilai nasionalisme pada warga Indonesia, khususnya para generasi muda saat ini. Apabila budaya asing yang masuk tidak difilter dengan baik, maka akan menyebabkan sikap amoral seperti banyaknya para pelajar yang meminum-minuman keras, atau bahkan lebih parahnya melakukan seks bebas.
Lalu bagaimana dalam menghadapi permasalahan tersebut?
Sebagai generasi muda yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita bangsa, tentu harus dididik untuk memiliki karakter yang kuat, pantang menyerah, serta berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Namun, realita yang terjadi saat ini generasi muda Indonesia di hadapkan pada dua posisi antara ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa batas. Di sadari atau tidak, adanya arus globalisasi yang semakin maju, dapat membuka peluang masuknya berbagai nilai-nilai asing yang dapat mempengaruhi generasi muda dan bertentangan dengan nilai luhur bangsa. Meskipun tidak semua nilai-nilai tersebut berdampak buruk, akan tetapi kemungkinan besar dapat menyebabkan berkembangannya mentalitas lemah pada generasi bangsa yang mudah dimanipulasi oleh negara lain. Melihat permasalahan ini menunjukkan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai pancasila di satuan pendidikan. Â Di satu sisi memang globalisasi dapat menawarkan berbagai kemudahan dan terbukanya segala akses informasi, namun di sisi lain juga membuka peluang masuknya berbagai nilai asing yang bertentangan dengan nilai luhur bangsa. Pancasila dalam hal ini berperan sebagai pandangan hidup bangsa yang di jadikan panduan moral dan etika bagi warga negara terutama generasi muda, agar tidak mudah terpengaruh nilai-nilai asing yang bertentangan dengan jati diri bangsa.
Di setiap satuan pendidikan sudah termuat mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang secara resmi menggantikan PPKn sejalan dengan diberlakukannya kurikulum merdeka, hal ini sesuai Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran. Tidak ada perubahan pada karakteristik maupun isi antara pendidikan pancasila dengan PPKn, namun karena pancasila diyakini memiliki kedudukan strategis dalam membangun karakter generasi muda, pendidikan pancasila menjadi upaya untuk menanamkan dan mewariskan karakter yang sesuai dengan pancasila kepada setiap warga negara. Dalam pendidikan pancasila berkonsep pada upaya untuk menginternalisasi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila kepada seluruh warga negara, terutama generasi muda melalui pendidikan formal maupun informal. Pembelajaran pancasila dapat membantu dalam pembentukan karakter generasi muda agar memiliki mentalitas kuat dan berintegritas. Mereka akan lebih mampu memfilterisasi mana pengaruh posistif globalisasi yang dapat di adopsi dan mana yang seharusnya di tolak atau di waspadai. Sikap kritis ini penting agar generasi muda tidak mudah dimanipulasi oleh pengaruh atau kepentingan negara lain yang dapat merugikan kepentingan nasional.
Dengan berbagai pengaruh negatif yang sudah diuraikan diatas, hal ini tidak serta merta menjadikan kita anti terhadap perkembangan globalisasi. Justru, dengan adanya kemudahan ini harus dimanfaatkan dengan bijak, seperti halnya dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran diperlukannya adaptasi teknologi dalam menghadapi perubahan di era globalisasi. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran pancasila dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk meningkatkan efektifitas dan keterlibatan siswa. Guru dapat memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran seperti menggunakan Kahoot atau Quizizz dalam mengukur kemampuan siswa melalui latihan soal. Dengan ini siswa dapat berkompetisi dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang sedang dipelajarai melalui cara yang menyenangkan, sehingga mereka tidak merasa tertekan. Selain itu dalam menyampaikan materi juga bisa melalui video animasi atau podcast. Dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran pancasila, dapat membuat proses pembelajaran semakin menarik, interaktif, dan tidak membosankan bagi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H