Akhir-akhir ini ramai konten cover lagu menggunakan bahasa isyarat di media sosial tiktok. Namun muncul perdebatan di kalangan netizen terkait hal tersebut. Karena beberapa konten menggunakan bahasa isyarat yang salah dan tidak sesuai dengan kaidah Bisindo.Â
Komentar netizen terbagi menjadi dua, mayoritas menanggapi dengan positif aksi tersebut karena dinilai membantu menyadarkan masyarakat untuk peduli dengan teman tuli. Tetapi ada pula yang menanggapi bahwa bahasa isyarat yang digunakan oleh para content creator tersebut belum tepat.
Banyak dari konten-konten tersebut yang menggunakan bahasa isyarat yang acak antara Bisindo dan SIBI yang bukan daerahnya. Bahkan ada yang menggunakan bahasa isyarat dari luar negeri yang sudah pasti berbeda pengertiannya dengan bahasa Indonesia.Â
Jadi, di 'Dunia Tuli' mereka memiliki komunitas yang berbeda-beda biasanya menyesuaikan lingkungan dan tempat tinggal. Dan ada beberapa isyarat yang dibuat untuk dipahami oleh komunitas mereka. Sehingga bila gerakan isyarat dicampur, makna dan artinya pun berbeda-beda bagi teman tuli.
Harapannya, sebelum membuat konten cover lagu di tiktok baiknya mempelajari dan memahami bahasa isyarat dari komunitasnya langsung. Banyak komunitas bahasa isyarat yang membuka kelas dan tutorial di media sosialnya. Karena semakin banyak peminat 'teman dengar' yang mencoba berkomunikasi dengan 'teman tuli', merobohkan tembok sekat antara keduanya dan memudahkan berkomunikasi sehingga tidak ada lagi perbedaan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H