Bulan Juni-Agustus, Makkah sedang memasuki musim panas. Suhu mencapai 42 Derajat Celcius mengiringi umroh saya. Bukan main, panasnya benar-benar menusuk kulit. Seketika saya tertawa geli teringat kehebohan bersama teman ketika berada di Indonesia. Riwehnya kami bila terkena cahaya matahari sampai mengeluarkan payung, mengoleskan handbody, dan juga sunblock. Panasnya atmosfer Saudi menjadi teguran saya untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun.
.Bersama rombongan Travel Tour, saya berkunjung ke salah satu tempat bersejarah dimana terjadinya peristiwa pertemuan kembali manusia pertama yang saling mencintai dan kemudian dipisahkan selama 300 tahun, yaitu Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Mereka dipertemukan kembali di sebuah bukit yg bernama Jabal Rahmah artinya bukit kasih sayang.Â
Alhamdulillah, setelah berjuang di bawah teriknya matahari dan harus mendaki bebatuan yg jaraknya cukup jauh, mobil box yang menjual ice cream datang menghampiri. Saking senangnya, Saya langsung berlari seperti anak kecil yg lagi dikejar gukguk. Akhirnya dengan 4 riyal, bisa menemukan kesejukan kembali.
Saat hendak menikmati es krim bersama teman senasib sepanas-ria, tiba-tiba saya diberi wejangan. "Naya, kebayang ya bagaimana perjuangan Rosul berdakwah pagi, siang, dan malam dalam cuaca panas menyengat seperti ini? Bahkan,apabila Arab memasuki musim dingin, dinginnya pun bukan main,bikin menggigil. Belum lagi ditambah jalanan yang berbatu nan terjal"
Mendengar apa yang beliau ucapkan, es krim atau dalam bahasa arabnya buuzhotun menjadi cair karena lupa saya makan. Betapa malunya, sebagai manusia yang Alhamdulillah Allah berikan kemudahan tapi banyak mengeluh rasanya sangat tak pantas bila dibanding perjuangan besar Rosululloh SAW .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H