Mohon tunggu...
Naya Shafina Najah
Naya Shafina Najah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga

Memilki ketertarikan dalam topik perkembangan anak, pendidikan, penelitian, kepemimpinan, dan edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Forum Safa Space dalam Pandangan Psikososial Erikson

14 Juni 2022   17:00 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:53 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 18 Mei 2022 lalu, kemunculan "Safa Space" sempat menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Safa Space merupakan sebuah forum diskusi yang dibentuk dengan tujuan mendiskusikan opini milik Safa yang dianggap menjelekkan nama anggota salah satu boygroup terkenal asal Korea, yakni NCT. 

Oknum-oknum yang mengaku sebagai NCTzen (nama penggemar boygroup NCT), meminta pertanggungjawaban kepada Safa atas opininya yang dianggap menjatuhkan anggota Renjun dan Jaemin, tetapi mendukung anggota lain dalam satu grup yang sama. Dalam forum tersebut, terdapat kurang lebih sebelas akun Twitter yang menyudutkan Safa. Perilaku menyudutkan yang dilakukan ini menarik perhatian masyarakat karena dianggap terlalu berlebihan dan tidak pantas.

Di dalam forum yang berdurasi hampir dua jam tersebut, Sabrina, pemimpin diskusi forum, mengaku sebagai 'ibu' dari Jaemin dan Renjun yang mewakili mereka untuk membela diri mereka atas unggahan celaan yang dilontarkan oleh Safa pada akun Twitter pribadinya. Sabrina dan oknum lain banyak mengeluarkan kata-kata mengancam yang ditujukan tidak hanya kepada Safa tetapi juga orang tuanya serta banyak menyebutkan berbagai tokoh masyarakat yang memiliki otoritas tinggi guna memperkuat ancamannya terhadap Safa. 

Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa dari kita mungkin pernah melihat adanya perseteruan serupa, namun yang menjadi sorotan lain ialah usia oknum-oknum yang terlibat. Pasalnya, oknum-oknum yang menyudutkan Safa merupakan individu yang telah berusia matang yakni diatas 25 tahun, sedangkan Safa sendiri merupakan siswa sekolah yang berusia kurang dari 18 tahun.

Penjelasan mengenai peristiwa ini dapat dipandang menggunakan teori Psikologi yakni teori perkembangan Psikososial milik Erik Erikson. Psikososial adalah teori kepribadian yang memfokuskan perkembangan manusia melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Erikson percaya bahwa perkembangan individu terjadi sepanjang hidup. Terdapat delapan tahap perkembangan manusia, mulai dari bayi hingga dewasa akhir. Pada masing-masing tahapan, terdapat capaian-capaian tertentu yang harus diraih oleh setiap individu supaya individu tersebut dapat berkembang menjadi individu yang sehat dan kompeten. 

Apabila capaian/tugas tersebut tidak terpenuhi, maka akan memunculkan gangguan yang dapat memengaruhi perkembangan individu dan hubungannya dengan lingkungan. Kedelapan tahapan tersebut terdiri dari tahap bayi (0-1 tahun), tahap balita (1-3 tahun), tahap pra-sekolah (3-5 tahun), tahap sekolah dasar (6-11 tahun), tahap remaja (12-18 tahun), tahap dewasa awal (18-35 tahun), tahap dewasa tengah (35-55 tahun), dan tahap dewasa akhir (>55 tahun).

Melihat usia pihak-pihak yang terlibat, maka tahap perkembangan yang sedang dijalani oleh oknum seperti Sabrina adalah tahap dewasa awal, sedangkan tahap perkembangan yang dialami oleh Safa adalah tahap remaja. Pada tahap dewasa awal, yakni untuk individu berusia 18-35 tahun, krisis/capaian perkembangan yang harus diatasi adalah keintiman vs isolasi. 

Pada tahapan ini, oknum seperti Sabrina harus melewati krisis berupa intimacy vs isolation atau perasaan intim vs terisolasi dari lingkungan. Individu akan mengalami kebimbangan antara pencarian hubungan intim, yang bisa diproyeksikan sebagai perasaan mengasihi/menyayangi/berkomitmen kepada orang lain. 

Pada tahapan ini, individu diasumsikan telah selesai dengan dirinya sendiri, yang mana berarti, ia telah membangun independensi dari orang tua maupun institusi seperti sekolah. Perasaan independen ini mendorong individu untuk mulai mencari suatu hubungan guna menciptakan perasaan menyayangi dan mengasihi supaya dapat terhindar dari perasaan terisolasi. 

Sasaran dari kebutuhan tersebut untuk membangun produktivitas dan hubungan intim dengan orang lain seperti pasangan atau persahabatan. Memandang melalui sudut pandang Sabrina, ia menganggap kedua anggota NCT sebagai objek dalam mencurahkan 'perasaan mengasihi dan menyayangi'. Hal ini tercerminkan pada perilaku Sabrina yang menganggap dirinya sebagai seorang 'ibu' dari kedua anggota NCT tersebut. Selain itu, aksi lontaran ancaman yang diberikan kepada Sabrina juga dapat diartikan sebagai bentuk sikap defensif atas komentar buruk yang diberikan oleh Safa.

Di sisi lain, Safa, individu yang berusia kurang dari 18 tahun sekaligus merupakan pihak oposisi dari perspektif Sabrina, sedang berada pada tahap remaja. Pada tahap ini, krisis yang terjadi berupa identity vs role confusion. Pada tahap perkembangan ini, yang menjadi fokusan ialah bagaimana seseorang mengembangkan dirinya menjadi seorang individu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun