Pendekatan personal yang sejati bukanlah tentang mengarahkan seseorang untuk menjadi bagian dari organisasi semata, tetapi tentang membantu seseorang menemukan potensinya, tentang sebuah pemahaman tentang sudut pandangnya, Â entah itu sejalan atau tidak dengan kepentingan organisasi. Sebab, pengkaderan bukan tentang jumlah, bukan tentang kepatuhan, tetapi tentang bagaimana individu mampu menjadi agen perubahan yang sesungguhnya.
Apakah kita benar-benar ingin membangun kader yang mampu berpikir dan bergerak dengan independensi, atau justru ingin menciptakan sekumpulan individu yang tunduk pada satu pola pikir tanpa keberanian untuk mempertanyakan?Â
Jika pengkaderan hanya dijadikan sebagai jalan untuk memperbanyak jumlah anggota tanpa membangun kedalaman intelektual dan karakter, maka yang terjadi bukanlah proses kaderisasi, melainkan sekadar proses duplikasi.
Pengkaderan yang efektif tidak boleh berhenti pada tahap pendekatan personal yang hanya menjadi basa-basi interaksi. Ia harus berkembang menjadi sistem yang membangun individu dengan kesadaran penuh akan peran dan tanggung jawabnya. Bukan sekadar memahami seseorang agar ia mau bergabung, melainkan mendampinginya agar ia mampu berdiri tegak dalam pemikirannya sendiri, bahkan jika suatu hari ia harus mengambil jalan yang berbeda dari organisasi.
Maka, sebelum berbicara tentang menyatukan emosi dan menciptakan harmoni, ada baiknya kita bertanya: Apakah pengkaderan yang kita jalankan benar-benar membentuk individu yang berpikir kritis dan bertindak mandiri? Ataukah kita hanya sedang menciptakan barisan panjang individu yang sekadar mengikuti arus, tanpa pernah benar-benar memahami tujuan dari perjalanan ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI