Mohon tunggu...
Naya Nazwa Haliza
Naya Nazwa Haliza Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Ruang ini sebagai perayaan kesadaran, kawah candradimuka yang berorientasi pada hal hal menyenangkan, tidak beraturan dan menuntut isi isu ideal yang dicurahkan melalui pikirian. Dari sebuah resah dan empirisme yang kecil. Namun gemar untuk dibagikan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kita Perlu Deep Talk Untuk Tetap Waras

14 Januari 2025   18:30 Diperbarui: 14 Januari 2025   17:24 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita Perlu Deep Talk Untuk Tetap Waras

Aristoteles pernah mengatakan bahwa manusia adalah Zoon Politicon, makhluk sosial yang secara naluriah diciptakan untuk hidup berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Berbaur dengan lingkungan sekitar, memahami orang lain, dan menjalin hubungan sosial adalah bagian dari kodrat kita sebagai manusia. 

Namun, di tengah dinamika hidup yang semakin ruwet, pernahkah kita merasa terputus, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain? Di sinilah deep talk menjadi kebutuhan esensial.

Menurut Sabrina Romanoff, PsyD, seorang psikolog klinis dan profesor di Universitas Yeshiva, percakapan yang mendalam dapat membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Ini bukan sekadar obrolan ringan yang mengisi kekosongan, tetapi percakapan yang mampu menyentuh inti kehidupan kita tentang harapan, ketakutan, kegagalan dan tujuan.

Namun, di era komunikasi serba cepat ini, berapa banyak dari kita yang benar-benar meluangkan waktu untuk berbicara dengan orang lain secara mendalam? Berapa banyak dari kita yang berani membuka diri dan mendengarkan tanpa menghakimi?

Seperti yang dikatakan Socrates, filsuf Yunani kuno, komunikasi adalah dialog yang menuntun pada kebenaran dan pemahaman yang jujur. Deep talk adalah bentuk komunikasi yang tidak hanya menyentuh permukaan dasar, tetapi menggali lebih dalam, membantu kita merefleksikan siapa diri kita, dan mengenali apa yang benar-benar penting dihidup kita.

Ini bukan soal menemukan solusi instan untuk masalah kita, melainkan membicarakan hal-hal esensial yang sering terabaikan dalam rutinitas kita. Percakapan tentang masa depan, harapan atau bahkan rasa sakit yang tersembunyi dapat membuka pintu menuju perubahan kecil dengan dampak besar. Deep talk memberikan ruang untuk melihat diri kita dari sudut pandang yang berbeda melalui lensa orang lain.

Namun, tidak semua orang merasa nyaman untuk memulai percakapan yang mendalam. Ada ketakutan akan penghakiman, rasa malu untuk membuka diri, atau bahkan ketidakpastian apakah orang lain bersedia mendengarkan. Hal ini wajar, karena membuka diri membutuhkan keberanian dan kepercayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun