Mohon tunggu...
Naya Nazwa Haliza
Naya Nazwa Haliza Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Saya suka menulis dan membaca, menjadikan kegiatan ini sebagai bagian penting dari keseharian saya. Selain itu, saya juga memiliki ketertarikan di bidang multimedia, terutama dalam menciptakan konten visual dan naratif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fast Fashion Tren Konsumtif Yang Mengikis Identitas Kebumian Indonesia

1 Januari 2025   22:55 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:55 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fast Fashion Tren Konsumtif Yang Mengikis Identitas Kebumian Indonesia (Sumber: Freepik)

Di balik kilau tren fast fashion yang memikat masyarakat, ada harga mahal yang harus dibayar. Budaya konsumtif yang menggerus nilai kebumian Indonesia kini meninggalkan jejak kerusakan sosial dan lingkungan. Sampai kapan kita rela kehilangan jati diri demi gaya instan?

Industri fesyen terus bersinar dengan sektor pertumbuhannya yang diperkirakan mencapai rata-rata 5-7% per tahun. Faktor peningkatan daya beli masyarakat, urbanisasi, dan berkembangnya tren mode di kalangan milenial serta Gen Z menjadi pendorong utamanya. Namun, apakah semua ini benar-benar memperkenalkan identitas kebumian kita sebagai orang Indonesia? Atau justru melunturkan akar budaya yang seharusnya kita banggakan?

Paparan budaya asing berperan besar dalam membentuk psikologi dan sosiologi gaya hidup generasi Z. Karakter unik generasi ini tercermin dari perilaku mereka yang konstruktif dan nilai-nilai diri yang progresif. Generasi Z dikenal memiliki orientasi pada aksi sosial, keberagaman, kesetaraan, dan keberlanjutan — nilai-nilai yang sering kali mereka ekspresikan melalui seni dan kebudayaan.

Namun, perkembangan era Society 5.0 membawa tantangan baru. Banyak generasi Z yang mengetahui kebudayaan Indonesia tetapi enggan melestarikannya. Mereka lebih tertarik pada perpaduan budaya asing yang diintegrasikan melalui perspektif baru. Pergeseran ini membuat konsumsi seni dan nilai budaya lokal semakin berkurang, digantikan oleh interpretasi budaya tradisional yang  kerap kali kehilangan esensinya.

Fashion kini tidak hanya menjadi kebutuhan dasar, tetapi juga simbol status sosial dan eksistensi. Pakaian memainkan peran penting dalam budaya populer, sering kali memicu perdebatan terkait norma sosial dan identitas budaya.

Industri hiburan dan kapitalisme memanfaatkan fashion sebagai alat untuk menarik generasi muda agar mengikuti tren yang sering kali terinspirasi oleh selebriti.

Di Indonesia, adopsi pakaian terbuka semakin populer, menggeser norma berpakaian tradisional yang selama ini dijunjung. Gaya berpakaian ini tidak hanya mencerminkan tren mode tetapi juga status sosial seseorang. Namun, dalam banyak kasus, perubahan ini melibatkan pelanggaran terhadap norma sosial dan nilai budaya yang menjadi ciri khas Indonesia.

Belum lagi Konsumerisme, yang dapat diartikan sebagai pola pikir konsumtif untuk membeli dan menggunakan barang secara berlebihan, menjadi fenomena yang meresahkan. Fast fashion, dengan strategi pemasaran agresifnya, mendorong masyarakat untuk terus membeli barang hanya demi mengikuti tren. Akibatnya, individu yang terjebak dalam siklus ini sering kali kehilangan kesadaran akan nilai keberlanjutan dan identitas budaya.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan bijak. Salah satunya adalah dengan tidak membeli barang hanya karena mengikuti tren. Ketika kita terlalu sering mengejar tren, kita tidak hanya memboroskan sumber daya tetapi juga semakin jauh dari akar budaya kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun