Mohon tunggu...
Naya_PWK_Universitas Jember
Naya_PWK_Universitas Jember Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Bloom, be kind, be a flower not a weed 🌸

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imbas Problematika Konkret Sektor Pariwisata bagi PAD Jember

26 Maret 2023   22:31 Diperbarui: 26 Maret 2023   22:34 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa yang tidak mengenal istilah pariwisata? Pariwisata atau turisme merupakan perjalanan yang dilakukan dalam rangka rekreasi atau liburan serta segala sesuatu yang berkaitan dengan persiapan aktivitas tersebut. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009, pariwisata diartikan sebagai aktivitas melakukan perjalanan, baik yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Dimana tujuan mereka tidak lain untuk rekreasi, mempelajari keunikan yang ditawarkan oleh objek wisata atau sekedar untuk mengembangkan diri. 

Turis, bersenang-senang, wisata belajar, ataupun bisnis merupakan hal-hal yang berkaitan erat dengan pariwisata sekaligus menjadikannya tak asing di telinga. Di Indonesia, pariwisata dianggap sebagai salah satu hal penting dan sangat berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian yang ada di sekitar tempat pariwisata, terlebih juga berpotensi menarik minat wisatawan asing untuk datang ke Indonesia.

Sektor pariwisata biasanya menjadi andalan dalam menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD memiliki tujuan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD dianggap penting karena dianggap sebagai salah satu indikator yang menentukan tingkat atau derajat kemandirian suatu daerah. Mengapa begitu? Semakin besar PAD yang dimiliki oleh suatu daerah, maka semakin rendah pula tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah pusat.

Di era seperti sekarang, imbas dari arus globalisasi menjadi cikal-bakal munculnya banyak kesempatan baru, termasuk pariwisata yang menjadi salah satu anak emas karena memiliki prospek yang menjanjikan. Tak melulu soal wisatawan mancanegara, sekarang wisatawan domestik juga turut serta berlomba-lomba dalam mengeksplor tempat baru sebanyak mungkin. Namun, semuanya akan berakhir sia-sia apabila tidak adanya keselarasan antara euforia wisatawan dengan pariwisata yang disajikan daerah tujuan. Masih terbilang beruntung apabila masuk ke dalam daftar daerah tujuan, bagaimana jika suatu daerah bahkan tak dilirik sedikitpun oleh oleh wisatawan lokal maupun mancanegara? Sayangnya, hal ini banyak terjadi pada daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Jember. 

Sedari dulu, Kabupaten Jember memang bukanlah rujukan utama bagi para wisatawan yang ingin melepas penat. Meskipun Kabupaten Jember memiliki banyak lokasi yang sangat potensial apabila dikembangkan lebih lanjut sebagai destinasi wisata, namun pemerintah daerah masih terkesan setengah-setengah dalam mengelolanya. 

Apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain, Kabupaten Jember masih tergolong menjanjikan. Bagaimana tidak? Mulai dari pesisir pantai, topografi pegunungan, bahkan daratannya banyak menyuguhkan pemandangan menarik dan tentunya sangat menjanjikan jika dilakukan pembangunan pariwisata secara besar-besaran. Sayang sekali, padahal apabila Pemerintah Daerah mau memberi atensi lebih kepada sektor pariwisata sedari dulu, maka bukan hal yang mustahil banyak wisatawan yang berkunjung dan memanfaatkan Kota Pendalungan sebagai tempat transit sebelum menginjakkan kaki di Pulau Dewata.

Hidup segan mati tak mau, mungkin itu pepatah yang cocok untuk menggambarkan kondisi pariwisata di Kabupaten Jember sekarang ini. Dikelola dengan baik? Belum. Mendatangkan banyak wisatawan? Tidak. Memberi dampak positif yang signifikan terhadap PAD? Tentu saja masih jauh dari harapan. Perlu kita lihat ke belakang, keseriusan Pemerintah Kabupaten Jember dalam mengelola destinasi wisata tergolong sangat rendah, bahkan bisa dibilang masih seumur jagung. 

Mengapa saya katakan demikian? Kesadaran yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Jember akan pentingnya sektor pariwisata datang begitu terlambat. Ketika fenomena globalisasi berhasil mendatangkan keuntungan di berbagai sektor, barulah Pemerintah Kabupaten Jember melakukan pembangunan pariwisata yang digenjot habis-habisan. Imbas buruknya, ketika wilayah lain sudah berhasil mendatangkan beribu wisatawan dan meningkatkan perekonomian sekitar, kita masih berkutat dalam pembangunan.

Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Jember baru mengandalkan tiga destinasi wisata yang diharapkan dapat mendongkrak PAD. Tiga destinasi tersebut, yaitu wisata Rembangan, Pemandian Patemon Tanggul, serta Hotel dan Kolam Renang Kebonagung. Destinasi wisata pelat merah memang diandalkan sebagai penyetor PAD. Walau bisa dibilang tak terlalu menjanjikan, tetapi Pemerintah Kabupaten Jember juga belum bisa berbuat banyak karena nihilnya kesiapan. 

Hal serupa disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jember Harry Agus Triono, beliau menyampaikan bahwa pariwisata yang dikelola oleh Pemerintah Daerah selama ini masih butuh banyak upaya pengembangan secara bertahap. Mirisnya lagi, hanya wisata Rembangan yang memiliki unit pelaksana teknis atau UPT. Menilai dari hal-hal tersebut, tak heran jika sektor pariwisata tak dapat berkontribusi banyak terhadap PAD Kabupaten Jember. 

Kita semua tahu bahwa PAD merupakan bagian yang terbilang cukup penting bagi suatu daerah. Maka dari itu, sudah selayaknya Pemerintah Kabupaten Jember mengupayakan dengan serius sektor-sektor yang berpotensi mendatangkan pundi-pundi rupiah dan menambah PAD kita, salah satunya pariwisata. Pembangunan pariwisata tak bisa sembarangan, harus ada kesesuaian antara kepentingan para insan pariwisata dan Pemerintah Daerah. Apabila sudah selaras, maka bukan hal yang tidak mungkin jika pariwisata menjadi sektor yang menyumbang dana paling besar bagi PAD, sama halnya seperti yang terjadi di daerah lain, seperti Kabupaten Banyuwangi dan Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun