Media massa di Indonesia telah mengalami transformasi besar dari era cetak ke era digital. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mempermudah akses informasi bagi masyarakat luas. Namun, di balik kemudahan ini, muncul tantangan baru yang serius: penyebaran hoax dan berita palsu. Fenomena ini tidak hanya merusak reputasi media, tetapi juga mengancam kestabilan sosial dan politik di Indonesia.
Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang beralih ke sumber berita yang lebih mudah dijangkau, tidak lain adalah berita online. Dengan banyaknya masyarakat yang memiliki akses internet dengan mudah saat ini, tidak mengherankan lagi jika banyak dari mereka lebih memilih untuk melihat berita terkini secara online dibandingkan melalui televisi atau radio.
Melihat berita online yang mulai menjadi bagian dari gaya hidup modern, penting untuk dipahami bahwa berita online memang penting di Indonesia. Rizki Ubaidilah menceritakan/menyatakan pendapatnya mengenai media online melalui Kompasiana:
“Media online kini telah menjadi salah satu media komunikasi yang mulai mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Keberadaannya juga mulai menjadi favorit bagi seluruh lapisan masyarakat.” (Ubaidilah, 2016)
Media massa, baik cetak maupun digital, memiliki peran penting dalam membentuk opini publik dan menyebarkan informasi. Di Indonesia, media massa telah menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat. Seiring dengan berkembangnya internet, muncul banyak platform media baru yang memberikan informasi secara cepat dan mudah diakses. Namun, di era digital ini, tantangan baru muncul dalam bentuk hoaks dan berita palsu yang menyebar dengan cepat melalui berbagai platform, termasuk media sosial dan blog. Salah satu platform yang menarik untuk dibahas dalam konteks ini adalah Kompasiana.
Kompasiana adalah platform blog yang dimiliki oleh Kompas Gramedia, salah satu grup media terbesar di Indonesia. Diluncurkan pada tahun 2008, Kompasiana memungkinkan warga biasa untuk menulis dan mempublikasikan konten mereka sendiri. Dengan demikian, Kompasiana menjadi wadah bagi jurnalisme warga, di mana siapa pun dapat berbagi pandangan, pengalaman, dan informasi.
Platform ini memiliki peran yang unik dalam lanskap media massa di Indonesia. Di satu sisi, Kompasiana memberikan ruang bagi suara-suara yang mungkin tidak mendapatkan tempat di media arus utama. Di sisi lain, sebagai platform yang terbuka, Kompasiana juga rentan terhadap penyebaran hoax dan berita palsu.
Hoax dapat dipahami sebagai penipuan ke publik. Hoax menggunakan media sosial dengan karakteristik menjangkau khalayak luas, terkenal, dan tentunya secara masif. Sedangkan fake news merupakan berita palsu atau sudah terbukti tidak benar yang dikabarkannya oleh media massa resmi. Hal ini terjadi dengan adanya keberadaaan media massa cetak dan buku bergeser dengan hadirnya teknologi informasi yang menyediakan tulisan, gambar, dan juga suara dalam satu paket multimedia.
Untuk mengatasi masalah ini, Kompasiana telah melakukan beberapa langkah penting. Pertama, mereka memiliki tim moderasi yang bertugas untuk meninjau konten yang dipublikasikan. Meskipun tidak bisa memeriksa setiap artikel secara detail, tim ini berusaha untuk mendeteksi dan menghapus konten yang jelas-jelas palsu atau menyesatkan.
Kedua, Kompasiana juga mengedukasi para penulis dan pembacanya tentang pentingnya verifikasi informasi. Melalui berbagai artikel dan workshop, Kompasiana mendorong pengguna untuk memeriksa fakta sebelum mempublikasikan atau membagikan informasi.
Ketiga, Kompasiana bekerja sama dengan organisasi pemeriksa fakta dan media lainnya untuk meningkatkan akurasi informasi. Kolaborasi ini membantu dalam identifikasi dan klarifikasi berita palsu yang beredar di platform mereka.