(Naskah dari daun lontar)
“Filologi tuh mata kuliah tentang apa sih?” Tanya Rara penasaran.
“Mau tau banget yaaa,”jawabku melempar senyum padanya.
“Iyalah, ahh kamu Nay... jadi jauh-jauh aku anter kamu ke sini cuma ambil buku jelek gini doang?,” kata Rara sambil menunjuk sebuah naskah klasik yang baru saja aku ambil di rumah dosen Filologi.
“Filologi tuh ilmu yang mengajarkan tentang analisis naskah-naskah lama, tujuannya ya mengungkap makna yang terkandung dari naskah tersebut.” Jelasku dengan wajah serius.
“Tapi, emang ada manfaatnya?,” tanyanya lagi, rewel.
“Banyak lah Ra, kamu tuh yaaa.. udah ahh cabut yuk,” jawabku seraya menarik lengan temanku itu. Kami harus segera pergi. Tugas analisisku harus selesai hari ini juga.
Filologi, memang terkesan asing di telinga masyarakat awam. Namun perlu kauketahui bahwa ilmu itu sangat mengagumkan. Awalnya aku tidak sedikit pun tertarik dengan mata kuliah yang satu ini. Namun setelah ditelaah dengan baik, ternyata menyenangkan. Banyak hal baru yang aku dapat dari kegiatan filologi ini. Di Indonesia para filolog masih terhitung sedikit, karena itu tadi mungkin banyak orang yang tidak tertarik dengan bidang ini. Bayangkan saja, para filolog harus susah payah mencari naskah di seluruh jagat raya untuk bisa di analisis lebih mendalam. Tantangannya pun beragam, mulai dari pemilik naskah yang masih kolot sampai budaya bangsa yang bisa menghalangi penelitian. Namun, sudah banyak naskah klasik yang berhasil diarsipkan oleh para filolog. Hanya saja belum semua diteliti, karena minimnya filolog di Indonesia.
Naskah kuno atau klasik adalah salah satu warisan kebudayaan yang memberikan kepada kita bukti catatan tentang kebudayaan masa lalu. Untuk melakukan penelitian ini, perlu ada langkah-langkah konkret dalam upaya pelestarian naskah tersebut. Pertama perlu dilakukan upaya pengkajian naskah-naskah kuno yang masih ada. Dimulai dari pendataan naskah kuno, penyalinan, dan penterjemahan. Selanjutnya pembuatan katalog pun tidak kalah pentingnya. Karena inilah yang memuat data lengkap tentang koleksi naskah-naskah kuno.
Naskah klasik, kaupasti belum pernah melihatnya kan? Hah? Sudah? Oke, kau yang di sana, pasti belum kan? Oke, aku jelaskan sedikit. Naskah lama dari bahan yang berbeda-beda, tentu sudah jarang ditemukan di zaman sekarang. Contohnya dari bahan pelepah kurma, daun-daunan, kulit pohon, bebatuan, dan benda alam lainnya. Zaman dahulu ternyata sudah dibudayakan untuk menulis, walau masih memanfaatkan kekayaan alam sekitar. Orang-orang terdahulu tidak ingin kisah-kisah yang bersejarah dan berharga berlalu begitu saja. Lewat menulis mereka bisa menyampaikan informasi-informasi penting.
Ada beberapa naskah yang pernah diteliti oleh salah satu mahasiswa sastra Indonesia Universitas Pakuan Bogor, aksara yang digunakan adalah aksara pallawa. Lama penelitian memakan waktu sekitar enam bulan. Kautahu isinya tentang apa? Hanya resep masakan! Ya, resep masakan. Orang-orang kuno sangat gemar menulis, apa saja dan apa pun yang bernilai akan dituliskannya. Resep masakan itu tujuannya agar bisa diaplikasikan oleh orang-orang zaman selanjutnya.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menulis? Zaman kuno aja nulis, kok kita enggak? Filologi aja nulis, kok kita enggak? Zaman sekarang sudah canggih, ada buku, laptop, smartphone, android, tablet dll. Tidak ada alasan untuk tidak menulis, ironis sekali jika dibandingkan dengan zaman klasik. So, menulislah! Walau hanya satu kata!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H