Mohon tunggu...
Ella Nurhayati
Ella Nurhayati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

“Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”,(Abu Bakar As-Shiddiq ra)"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bulan Septemberku

24 Mei 2014   14:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Januari 2014

"Praaaaaang....”

Seketika tempo pacu jantungku naik. Sebuah bilik suara mengusik tidurku. Kuraih ponsel yang saat itu tepat di atas meja yang berdampingan dengan tempat tidurku. 01.49, angka itu yang kulihat pada jam digital di ponselku. Kubawa kedua kaki ini dengan sedikit gemetar. Karena peristiwa perampokan beberapa hari yang lalu belum pudar dalam ingatanku. Ya, sebuah rumah mewah yang tidak jauh dari rumahku itu. Membuat aku setiap malam was-was. Terlebih saat ini aku sendiri, keluargaku sedang keluar kota.Kuhitung langkah kedua kaki hingga membawaku ke sebuah ruangan kecil yang dipenuhi dengan perabot masak. Benar sekali, di situlah tempat ibuku membuat semur tahu, makanan kesukaan ayahku. Di tempat ini juga aku belajar banyak tentang arti kesetiaan dan pengabdian kepada seorang suami.

"Harus bisa masak semua menu, nanti jika suamimu minta masak ini itu kamu udah lihai. Masakan istri itu adalah karya cinta untuk suami".

Begitu kira-kira pesan ibuku, selalu. Beliau sangat memikirkan masa depanku, terlebih soal kehidupan rumah tangga. Ibu tidak mau aku menjadi seorang istri yang tidak bisa memberikan yang terbaik untuk suamiku kelak. Bukan soal masakan saja, ibu pun sering ‘cerewet’ dengan kecantikan aku. Ibu lebih menyarankan agar aku merawat kecantikan dengan produk-produk alami, seperti buah dan sayuran. Terkadang aku malas memperhatikan kecantikanku, terutama rambut dan wajah. Soal rambut, ahh tenang aja, ada kerudung yang menutupinya.Pikirku. Wajah? Hmmm, percuma jika perawatan, kan setiap hari panas-panasan, aku mendalih.

Bola mataku tertuju pada serpihan beling. Ya Tuhaaaaaaan.... seekor kucing menjatuhkan mug kesayanganku. Mug cantik itu pemberian seseorang setahun yang lalu. Ketika itu adalah bulan kelahiranku, September 2012. Laki-laki yang kuberi nama RC itu membayar kurir untuk memberikan mug dari kotanya. Kota di seberang sana. Ahh sudahlah, ini adalah pesan sang waktu. Aku memang harus memecahkan semua tentangnya. Kuyakin Tuhan sudah menyiapkan kado terindah untuk bulan Septemberku selanjutnya. September 2014.



24 Mei 2014

Hari ini genap lima puluh dua hari usia pernikahanku dengan laki-laki yang kusematkan menjadi pangeran di hatiku. Sangat muda! Ya, masih sangat muda. Banyak hal baru yang dapat kami pelajari dalam kebersamaan selama ini. Tentu banyak pula perubahan-perubahan yang kami lakukan. Tingkat kedewasaan pun terlihat, entah aku mengukur kedewasaan itu dari titik mana, yang pasti ketika aku bisa membuang ‘egois’ dalam diri itulah DEWASA. Terkadang ‘keegoisan’ sulit sekali dikesampingkan, namun cinta membawanya menghilang dari peradaban. Cintalah yang mengubah sulit menjadi mudah. Mengubah amarah menjadi senyuman, mengubah lelah menjadi kenyamanan.

Ahh, bicara soal cinta memang tidak akan habis-habisnya. Teringat kemarin saat suamiku menjadi seorang pembicara sebuah talkshow kepenulisan, beliau menjelaskan “Kata cinta sebenarnya sangat sederhana, namun dari zaman Nabi Adam dan Siti Hawa hingga saat ini, kata yang hanya lima huruf itu akan terus menjadi perbincangan dunia. Maknanya luas, kekuatannya pun sangat luar biasa. Maka konflik dalam penceritaannya akan beragam.”

Laki-laki yang sering dicap ‘romantis’ itu sudah mengubah duniaku. Semoga dunia yang jadi penghubung ke surga-Nya kelak. Kautahu mengapa ia dicap romantis? Lihat saja tulisan-tulisannya, fiksi maupun non fiksi sama saja. Ia memang pandai mengemas kata dalam sebuah kalimat yang mudah dicerna oleh pembacanya. Bahkan pernah ada seorang teman bertanya kepadaku, “Mas Syaiha itu aslinya romantis nggak sih? Kok kebanyakan tulisan-tulisannya di blog atau facebook romantis banget?” Glek, aku menelan ludah. Aku hanya menjawab dengan senyum. Tentu soal itu tidak usah kautanyakan lagi, karena latar belakang penulis akan mempengaruhi karya yang dituliskannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun