Fase remaja adalah fase peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Erikson dalam jurnal kajian Islam Komtemporer yang ditulis oleh Dwi Haryanti dan Farasifa Chairunissa, di masa inilah proses pencarian identitas diri, ketakutan akan kegagalan, mengeksplorasi identitas diri membentuk isolasi (Arini : 2021) . Berbagai permasalahan timbul dalam kehidupannya, termasuk kenakalan-kenakanalan yang dilakukan oleh mereka yang menjadi titik penting bagi orang tua dalam mengawasi dan menanamkan nilai-nilai baik pada mereka agar tidak terjerumus ke dalam lingkaran yang salah.
Pada fase ini, mereka sudah mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan suatu hal dan mulai mencari tahunya. Guncangan yang terjadi pada jiwanya dalam proses pencarian identitas menjadi salah satu penyebabnya. Mereka mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sebenarnya tidak benar adanya. Tetapi, karena lemahnya pendirian serta pemahaman menjadikan remaja mudah untuk dipengaruhi, salah satunya pandangan mereka tentang agama (Yuhani'ah, 2022).
Fase yang memiliki proses yang rumit dalam menjalankannya sehingga menjadikan para remaja bingung atau tidak yakin tentang siapa mereka, apa yang dilakukan, dan apa yang terjadi di sekelilingnya. Dalam proses inilah agama hadir menemani proses yang melelahkan itu.
Akhir-akhir ini banyak beredar kabar dari kalangan remaja tragedi bunuh diri. Berbagai macam motif yang melatar belakangi terjadinya hal tersebut. Mulai dari percintaan, perkuliahan, pertemanan, atau bahkan keluarga. Mereka merasa sendirian dalam melaluinya, yang artinya mereka belum mengenal Sang Pencipta yang akan selalu hadir dikala sepi. Mereka belum memahami secara benar apa arti dari kehidupan yang mereka jalani saat ini.
Selain itu, banyak juga remaja yang terjerumus dalam lingkungan yang salah seperti mabuk-mabukkan, perzinahan, dan sebagainya. Hal ini disebabkan tidak adanya penopang untuk mereka bersandar dan pengingat dikala terjerumus didalamnya. Maka, pentinglah disini peran orang tua, lingkungan dan teman yang baik, dan ilmu Islam sebagai landasannya.
Menurut saya, itu terjadi dari kurangnya pemahaman akan syariat-syariat yang Allah tunjukkan kepada kita. Kebanyakan dari mereka hanya menganggap peraturan agama sebagai beban dalam kehidupannya, dan itu terjadi dikarenakan lemahnya pemahaman akan aturan itu sendiri.
Islam sendiri melalui syariat yang telah ditetapkan sudah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Melalui Al- Quran, Hadits, dan Ijtihad para ulama yang saling melengkapi satu sama lain. Mulai dari Aqidah hingga perkara-perkara kehidupan lainnya pun dibahas didalamnya. Namun, memang tidak semua bagian dari Al-Quran dan Hadits dapat diterapkan secara langsung dalam mengatasi tantangan seperti kenakalan remaja, hal itu diungkapkan oleh Muhammad Yusuf dan teman-teman dalam
Artikel yang berjudul "Peran Fikih dalam Mengatur pergaulan Remaja Masa Kini".
Menurut penulis dalam artikel tersebut, semua bentuk kenakalan remaja seperti disebutkan di atas diduga disebabkan oleh faktor-faktor seperti :
- Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua
- Kurangnya bekal ilmu religiusitasnya
- Rendahnya kecerdasan emosional mereka
- Adanya masalah internal yang timbul dari keluarga
- Kondisi ekonomi yang masuk kelompok pra-sejahtera, dan sebagainya.
Studi Islam merupakan suatu bidang keilmuan yang mengkaji Islam agar memahami fenomena perbedaan yang terjadi di kalangan umat Islam sehingga tidak mengalami keterjutan budaya. Bidang studi ini juga memudahkan kita dalam menginterpretasikan syariat-syariat agama dalam kehidupan.
Menurut penulis dalam buku  yang berjudul "Pengantar Studi Islam", studi Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab dirasah Islamiyah. Sedangkan di Barat dikenal dengan istilah Islamic studies.  Adapun studi Islam di perguruan tinggi adalah melakukan kajian terhadap Islam secara ilmiah.